Kamis, 31 Maret 2011

Isu Iklim dan Politik Global

Entah siapa yang memulai, kajian-kajian mengenai iklim yang pada dekade-dekade sebelumnya yang benar-benar sepi dari pembahasan di tahun-tahun ke belakang menjadi topik yang sangat seksi untuk dibicarakan. Hampir semua kalangan membicarakannya. Mulai dari akademisi hingga pedagang koran.

Topik ini juga menjadi sangat hangat dibicarakan dengan antusias oleh para pejabat dari tingkat kepala desa hingga tingkat kepala-kepala negara di dunia. Ada cerita unik dari seorang dosen Meteorologi Fisik Institut Pertanian Bogor saat beliau menghadiri kampanye pemilihan camat di Jawa Timur. Saat itu 3 dari 5 calon membawa isu global warming. Analisis yang mereka lakukan, karena berbekal pengetahuan seadanya dan untuk tujuan politik, akhirnya berupa analisis-analisis yang agak melenceng. Salah satu mengatakan BBM jangan  dipakai lagi karena akan meningkatkan risiko angin puting-beliung. Calon kedua mengatakan agar rumah-rumah sebaiknya jangan menggunakan jendela dari kaca karena akan menyebabkan efek rumah kaca dan global warming. Sementara itu calon terakhir mengatakan agar petani mengganti tanamannya dengan tanaman jarak  untuk jadi energi alternatif.

Isu perubahan iklim di Indonesia menjadi sangat ngetrend dengan marak diadakannya konferensi mengenai iklim dan global warming. Konferensi terbaru yang diadakan di Indonesia adalah konferensi pemuda untuk perubahan iklim akhir bulan Februari lalu. Yang patut disayangkan, konferensi-konferensi tersebut masih melihat bahwa perubahan iklim hanya disebabkan oleh hal-hal terkait emisi karbon dan gas rumah kaca. Setiap konferensi memang selalu mengarahkan tanggung jawab atas emisi ini kepada negara-negara maju, sebagai contoh Amerika Serikat. Namun, konferensi-konferensi ini jarang memiliki kekuatan untuk memaksa Amerika Serikat dan negara maju untuk mengurangi gas karbon yang umumnya berasal dari industri dan kendaraan bermotor mereka yang jelas jauh lebih besar dari emisi yang dihasilkan oleh negara-negara berkembang. Alih-alih memaksa mereka, justru negara maju yang memaksa negara dunia ketiga untuk mengurangi emisi dan memelihara hutan dengan kompensasi yang mereka tentukan kemudian.

Yang sungguh mengherankan, para ilmuwan ikut mengamini tindakan barat memaksa negara dunia ketiga itu. Padahal jelas bahwa hal ini sarat dengan kepentingan politik. Ketika negara-negara berkembang dilarang menambah emisi serta memelihara lahan mereka yang tertutup hutan, maka disadari ataupun tidak mereka telah mengubah isu perubahan iklim menjadi isu energi dan sumber daya lahan. Barat telah menghambat atau mencegah perkembangan industri negara-negara berkembang dengan dalih pencegahan perubahan iklim ini. Penghambatan inilah yang akan membuat negara-negara tersebut, termasuk Indonesia, menderita ketergantungan akan barang-barang impor hasil produksi negara-negara maju. Jelaslah secara ekonomi dan politik, isu ini merugikan. Di Indonesia sendiri, carbon trade yang mengkompensasi wilayah hutan Indonesia menyebabkan beberapa wilayah yang tercatat sebagai hutan (meski telah gundul) harus dipertahankan sebagai hutan serta tidak boleh dimanfaatkan untuk hal lain termasuk pertanian. Hal ini disampaikan oleh mantan menteri pertanian RI 2004-2009, Anton Apriyantono dalam sebuah kajian pertanian yang digelar di Fakultas Pertanian Bogor awal bulan yang lalu.

Secara ilmiah, global warming sebenarnya bukan sekadar hasil dari ulah manusia. Penelitian membuktikan bahwa suhu muka bumi naik sebesar 0,76 derajat Celcius selama seratus tahun terakhir menunjukkan bahwa pemanasan global adalah hal yang wajar dan secara alamiah merupakan siklus. Karena jika kita menyandarkan perubahan iklim global hanya pada emisi karbon dan teori gas rumah kaca, seharusnya terjadi kenaikan yang lebih signifikan dari sekadar 0,76 derajat celcius setelah revolusi industri. Pada 125 ribu tahun yang lalu, bumi kita 3 sampai 5 derajat lebih tinggi temperaturnya dari hari ini. Global warming dan global cooling adalah sebuah siklus alami yang tidak dengan tiba-tiba terjadi. Memang emisi gas rumah kaca turut berperan, namun sekali lagi hal ini bukanlah faktor tunggal dalam terjadinya perubahan iklim.

Harapannya dalam momentum hari meteorologi sedunia ini, kita semakin peduli dengan sisi-sisi ilmiah dari perubahan iklim. Ketika selama ini kita sebagai negara dunia ketiga diperalat oleh negara maju untuk melanggengkan kepentingan mereka, dengan memahami dan peduli dengan sisi ilmiah perubahan iklim ini kita akan lebih bijak dalam mengartikan setiap kebijakan barat. Sehingga untuk masa selanjutnya kita tidak dengan mudah dibodohi dengan iming-iming kompensasi padahal kebijakan energi serta lahan kita disetir oleh negara maju.

Selamat hari Meteorologi Se-dunia...

Muh. Dimas Arifin
Mahasiswa Meteorologi terapan IPB
Ketua Komisi bidang Sosial Politik dan advokasi DPM FMIPA IPB

Mobil Sapu Angin ITS Siap Berlaga di SEM Asia

Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) meluncurkan tiga mobil super hemat energi yang diberi nama Sapu Angin.

Diluncurkannya kendaraan sapu angin 1, 2 dan 3 ini adalah untuk menghadapi ajang kompetinsi kendaraan hemat energi Shell Eco-Marathon (SEM) Asin 2011 pada 6-9 Juli mendatang di sirkuit Sepang, Kuala Lumpur, Malaysia.

“Kami bersyukur tim ITS mampu mengukir prestasi yang membanggakan di SEM Asia tahun lalu. Melihat hasil yang diperoleh, kita boleh berbangga bahwa sumber daya anak bangsa Indonesia tidak kalah maju dengan bangsa-bangsa lainnya. Kami berharap, tiga tim ITS yang akan ke SEM Asia 2011 bisa membawa pulang kemenangannya lagi,” kata Pembantu Rektor III Suasmoro, di Graha ITS, Rabu 30 Maret kemarin.

Sementara Ketua Jurusan Teknik Mesin, Herman Sasongko mengaku optimistis tim ITS bakal menyabet gelar serupa seperti tahun lalu.

Alasannya, ada beberapa perbaikan dan penyempurnaan dari mobil Sapu Angin yang mengikuti kejuaraan tahun lalu. Dia menjelaskan, pada SEM 2010 lalu, tim ITS berhasil menyabet dua penghargaan bergengsi lewat Sapu Angin 2, yakni gelar juara umum (grand prize) pada kategori kendaraan berbahan bakar bensin (Gasoline Fuel Award) dan juara pertama untuk kelas urban berbahan bakar bensin dengan mesin internal combustion yang mampu menempuh 238 km dengan satu liter bensin.

Pencapaian 238km/liter ini mengalahkan rekor SEM Amerika di kategori yang sama oleh tim Mater Dei, Canada dengan perolehan 184 km untuk 1 liter bensin. Dengan prestasi ini, tim Mesin ITS merasa mantap terhadap prestasi Sapu Angin 1, 2 dan 3 akan mampu menempuh jarak ratusan kilometer dengan 1 liter bahan bakar.

Bila tahun lalu SEM Asia diikuti 81 tim dari 10 negara, tahun ini SEM diikuti 121 tim dari 14 negara. Yaitu tim dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Hongkong, Vietnam, Taiwan, Iran dan Pakistan, Jepang, Cina dan India. 

Tim ITS mengikuti kedua kategori, yaitu prototype yang berbahan bakar bensin, dengan mobil Sapu Angin 1. Sedangkan Sapu Angin 2 yang berbahan bakar diesel dan Sapu Angin 3 yang berbahan bakar bensin. Untuk Sapu Angin 1, dengan 1 liter bensin mampu menempuh jarak sampai 1500 km, Sapu Angin 2, dengan 1 liter solar mampu menempuh 300 km, sementara Sapu Angin 3 dengan 1 liter solar mampu menempuh 300 km.

Membangun Peradaban dengan Membaca

BACALAH dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Al Alaq 96 : 1-5)

Membaca adalah perintah pertama Tuhan. Perintah ini pertama kali datang perintah-perintah yang lain. Perintah ini datang sebelum perintah sholat, zakat, puasa dan haji. Perintah pertama tuhan pada Nabi ketika menerima wahyu untuk pertama kalinya.

Kenapa perintah membaca dijadikan awalan dan pijakan? Saya pikir ini yang penting untuk diungkap, dicerna, dimaknai oleh kita umat yang diperintahkan pertama kali untuk membaca.

Baca, baca, baca, baca, baca...  Itulah kunci awal memahami hakekat yang lebih besar dan luas. 

Kita mungkin sudah lupa kapan kita benar-benar bisa mengeja kata-demi-kata. Tapi kita pasti pernah merasakan bagaimana belajar membaca yang dimulai dari belajar alfabet, dari huruf A hingga Z. Pelajaran berikutnya, merangkai huruf. Biasanya dimulai dari huruf-huruf hidup yang tidak perlu dimatikan di akhir atau di tengah kata atau kalimat. “Ini budi” adalah salah satu contoh yang paling kita ingat dalam semesta pelajaran membaca.

Tapi tahukah kita bahwa dengan membaca kita sebenarnya sedang memulai pelajaran penting tentang sebuah peradaban? Dengan membaca kita sedang masuk dalam ruang rahasia yang penuh dengan pengetahuan. Ruang yang diciptkan untuk kita agar kita pandai bersyukur terhadap segala nikmatNya. Dengan membaca kita diajak untuk mengetahui apa yang terjadi di masa lalu. Sehingga kita tidak mengulangi kesalahan orang-orang terdahulu sebelum kita.

Dari proses belajar membaca per huruf, lalu per kata, lalu per kalimat, hingga pada akhirnya kita bisa membaca buku tebal yang berisi aneka pengetahuan, novel, atau karya agung penulis masa lampau. Kita sesungguhnya tidak boleh melupakan para pengajar atau pendidik kita di TK atau SD yang pertama kali mengajarkan huruf pada kita. Sebab, karena merekalah kita mengetahui huruf, bisa membaca, dan mengenal pengetahuan yang sangat luas ini.

Pengajaran pertama adalah membaca? Dan itu adalah pengajaran tuhan bagi manusia!
Ingatlah, tuhan juga memberikan kemampuan berpikir bagi manusia. Kemampuan yang tidak setiap makhluk mendapatnya. Kemampuan yang membuat manusia bisa mengetahui sesuatu yang tidak diketahui malaikat. Kemampuan yang juga terkadang dipergunakan manusia untuk menyusun rencana-rencana jahat.

Pernahkah kita berpikir mendalam, kenapa tuhan memerintahkan kita untuk membaca. Adakah karena hanya agar umat Islam menjadi kaum yang pandai? Ataukah ada alasan lain ?

Yang jelas, dengan membaca, baik yang tertulis maupun tidak tertulis sebagai teks. Kita akan memiliki pengetahuan yang luas. Dengan pengetahuan yang luas kita akan sanggup memilah dan memilih serta menentukan yang sekiranya baik. Dengan keluasan ilmu pengetahuan, seorang manusia akan memiliki kecakapan untuk bijak dan memiliki toleransi yang kuat dalam menyikapi setiap fenomena kejadian.

Dengan bekal ilmu pengetahuan seorang manusia akan lebih mudah mengayuh hidup. Karena dengan ilmu seseorang tahu cara yang lebih efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan ilmu juga manusia menjalankan ibadah dengan benar. Karena kekuatan ilmulah seseorang akan dipandang sebagai ahli dalam spesifikasi keilmuaan tertentu. Bahkan karena ilmu pulalah Allah Swt akan meninggikan derajat anak manusia.

Dengan membaca kita akan mendapatkan ilmu yang memperkaya cara pandang, membuat pola pikir yang rasional, luas dan berwawasan. Karena dengan ilmu kita akan mudah menggapai apa yang kita inginkan. Ilmu adalah senjata bagi manusia yang ingin sukses di dunia dan akhirat. Kenapa itulah perintah membaca diletakkan di awal, sebagai permulaan perintah bagi umat manusia.

Erna TigayantiMahasiswa Universitas Brawijaya, Malang

Sekolah Bambu Besutan Bule Kanada di Bali

Sekolah yang keseluruhannya dibuat dari bambu ini menjadikannya bangunan bambu terbesar di Asia. Rujukannya bahkan ada di Google Earth.Dengan menggunakan bahan ramah lingkungan, sekolah ini bertekad menjadi sekolah berkarbon terendah di bumi.

Pintu masuk sekolah yang berupa jembatan bambu membuat anak-anak bisa bermain di sungai di bawahnya. Jalan setapak di lingkungan sekolah dikelilingi batu vulkanik. Ruang kelasnya terbuka, melalui taman yang dipenuhi pohon nanas dan tanaman padi yang tumbuh subur.

Di pusat sekolah adalah area utama yang bernama “Heart of School”. Ini adalah katedral dari segala yang hijau. Bangunan ini didirikan dalam bentuk heliks ganda, berbentuk spiral tiga lantai. Sebuah gitar digantung di pusat bangunan sehingga anak-anak bisa memainkan sekolah mereka sendiri seperti instrumen.

Green School mengajarkan siswanya menanamkan nilai-nilai kehijauan. Pendiri sekolah, John Hardy tertarik mendirikan sekolah ramah lingkungan setelah menyaksikan film dokumenter tentang pemanasan global besutan Al Gore yang berjudul An Inconvenient Truth. Menurutnya, film itu "menghancurkan hidupku”.

“Jika kita meyakini (pemanasan global) hanya sebagian kecil dari cara untuk kehancuran planet, setiap orang harus menggunakan pendekatan lebih bertanggung jawab. Dan pendidikan merupakan titik awal untuk mengatasi ini,” ujar John seperti dikutip dari The Telegraph, Senin (28/3/2011).

John yang menjalankan sekolah ini bersama istrinya, Cynthia, membangun Green School dengan uang sendiri. Tahun ini, mereka akan melepaskan ketergantungan pada jaringan listrik dan menggantinya dengan sinar matahari serta sistem pusaran air dari sungai yang mengalir. Menu makan malam sekolah menggunakan bahan organik, yang ditanam di lingkungan sekolah dan dibungkus dengan daun pisang.

“Belajar hijau” merupakan inti utama dari kurikulum. Mata pelajaran utama, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu pengetahuan, dan Drama, diresapi dengan pendidikan keberlanjutan. Para siswa belajar matematika dan sains dengan bambu, untuk mengukur proporsi dan rencana konstruksi dalam membangun bambu. Mereka juga menulis dan melakukan permainan mencari kehidupan spesies yang terancam punah.

Green School berharap para siswanya mengembangkan ikatan pribadi dengan alam, sehingga siswa akan menghormati alam sepanjang hidup mereka. Para siswa menanam sayuran di “kebun pizza” (lengkap dengan oven pizza luar ruangan). Mereka juga terlibat pelestarian satwa yang terancam punah di tempat penangkaran yang dipenuhi burung jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dan rangkong tunggal yang masih menunggu pasangan untuk dinikahkan.

Sementara yang lainnya bekerja dengan Coral Watch untuk memantau pelestarian terumbu karang dunia. Guru di sekolah ini termasuk aktivis gerakan lingkungan. Bulan lalu, seorang anggota suku Kamoro dari Papua Nugini mengajarkan siswa mengukir instrumen dari bambu.

Tahun ini, Green School berusia tiga tahun. John telah menjangkau donor dari filantropi utama. Ada lebih dari 200 siswa dari 28 negara, termasuk Swedia, Lithuania dan Singapura. Untuk menjadi murid Green School, seorang siswa harus membayar biaya sekolah 4.558 poundsterling (Rp63 juta lebih) untuk jenjang taman kanak-kanak (TK), sementara siswa sekolah menengah dikenakan biaya 5.693 poundsterling (Rp79 juta lebih). Untuk warga Bali, akan mendapatkan 20 persen sokongan dana dari donatur Sir Richard Branson, Donna Karan, serta Ben&Jerry's yang juga mengajar cara membuat es krim.

Meski mengusung misi ‘hijau’, sekolah ini dikritik karena membuat Taman Eden mini tapi tidak menyiapkan anak-anak dalam ‘dunia nyata’. Namun John punya jawaban atas kritik ini. Menurutnya, Green School merupakan mikrokosmos dunia global. "Ketika saya melihat mereka bersama, saya tahu mereka belajar bekerja sama bagaimana hidup di masa depan," ujarnya.

Juli lalu, John menawarkan ide Green School kepada orang-orang yang ingin membangun sekolah dengan konsep sama. Dia meyakini, ide ini bisa diterapkan di mana pun. Model ini bersifat lokal, membiarkan lingkungan menjadi pemimpin dan mencoba berpikir bagaimana (dan dengan apa) keturunan kita akan membangun.

Banyak Remaja Hamil, Siswa Tuntut Pendidikan Seks

Sekelompok siswa di Boston, Amerika Serikat membuat film dokumenter agar diberikan pendidikan mengenai seks. Ini dilakukan agar pejabat dinas pendidikan setempat memenuhi permintaan mereka. Dalam film tersebut digambarkan bagaimana rekan-rekan mereka mendapatkan informasi tentang seks, yaitu lewat pornografi.
 
Siswa dari kawasan Jamaica Plain di Boston ini mendesak agar diajarkan seks oleh para profesional. Selama ini, angka kehamilan remaja dan penyakit Chlamydia (salah satu penyakit menular seksual) di Jamaica Plain termasuk tinggi.
 
Dalam film dokumenter mereka menyatakan, “Saya berjuang untuk pendidikan sebagai bagian dari hak untuk kesehatan. Seperti dikutip Huffingtonpost dari CNN, Kamis (31/3/2011).
 
Siswa SMU ini mendatangi Anggota Dewan Kota Boston Ayanna Pressley, yang menyerukan adanya pertemuan resmi. Ayanna menyatakan, kemungkinan tenaga pengajar yang ada harus dilatih agar bisa memberikan pendidikan seks. Pasalnya, baru-baru ini Boston Public Schools (dinas pendidikan setempat) memotong pos untuk kesehatan dan kesejahteraan.


Direktur program pendidikan kesehatan Barbara Huscher-Cohen menyatakan, para siswa ini membantu sekolah untuk melihat betapa pentingnya masalah ini. “Sekarang kita mengakui pendidikan seks merupakan bagian untuk membuat anak sehat,” ujarnya.


Di masa lalu, pendidikan seks di sekolah di Boston menjadi kontroversi. Aktivis Pure in Heart yang mempromosikan kesucian menyatakan, mereka ingin memastikan terlibat dalam diskusi mengenai hal ini.
 
Kontributor pendidikan CNN Steve Perry menyatakan, yang terpenting adalah pendidikan seks tidak boleh mempromosikan seks, melainkan mengajarkan anak bagaimana mencegah kehamilan di kalangan remaja dan penularan Penyakit Menular Seksual (PMS).

Universitas Peking akan Menyaring Mahasiswa dengan Pemikiran Radikal

Kampus paling bergengsi di China, Universitas Peking berencana melaksanakan program kontroversial. Program ini berupa konsultasi untuk ‘mahasiswa yang dianggap bermasalah’.

Ada 10 indikator yang dimaksud mahasiswa bermasalah, di antaranya yang memiliki pemikiran radikal. Selain itu, mahasiswa bermasalah adalah yang memiliki prestasi akademik buruk, kecanduan internet, berasal dari keluarga miskin, serta mengidap penyakit parah.

Wakil Direktur Departemen Mahasiswa Universitas Peking Zha Jing menyatakan, mahasiswa dengan ‘pemikiran radikal’ adalah yang kritis terhadap manajemen universitas.

“Misalnya, mahasiswa yang mengkritik universitas hanya karena harga makanan di kantin dinaikkan sebesar 2 jiao (3 sen),” jelas Zha, seperti dikutip dari Chinadaily, Kamis (31/3/2011).

Namun Zha menegaskan, fokus konsultasi adalah mahasiswa yang sering gagal ujian atau sulit mengikuti pelajaran.

“Kami akan mencoba menemukan alasan mahasiswa yang nilainya buruk, sehingga kami bisa membantu mereka menyelesaikan program studi," kata Zha.

Menurut Zha, universitas tidak akan menghukum atau mengontrol mahasiswanya tapi hanya ingin ‘menciptakan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan yang sehat’. 

 

Program ini telah diuji coba pada November tahun lalu di beberapa bagian Universitas Peking seperti Yuanpei College dan Health Science Center. Saat ini, sebanyak 10 mahasiswa dari Yuanpei College telah terdaftar dalam program konsultasi. Jika uji coba berjalan lancar, diharapkan program ini bisa diadopsi di seluruh departemen Universitas Peking pada Mei tahun ini.

Kebijakan ini menimbulkan perdebatan di masyarakat. Menurut Wakil Direktur Lembaga Penelitian Pendidikan Berbasis Abad 21 yang berbasis di Beijing, Xiong Bingqi, tidak ada lembaga pendidikan yang berhak merampas kebebasan berpikir atau berbicara para pelajarnya.

“Universitas adalah tempat untuk menumbuhkan kepribadian dan pikiran mandiri, jadi benar-benar salah jika Universitas Peking campur tangan dalam kebebasan siswa untuk mengekspresikan pendapat mereka," kata Xiong.

Seorang mahasiswa baru Universitas Peking bermarga Yang mengaku ragu atas dampak dari program ini.

“Saya tidak percaya, Anda dapat meningkatkan prestasi akademis mahasiswa atau mengubah kepribadian seseorang dengan cara berbicara," kata Yang.

Namun, Sun Dianjianyi, mahasiswa tahun pertama di Universitas Health Science Center menyambut baik kebijakan baru ini. Menurutnya, kebanyakan sarjana yang lahir pada era 90-an, terlalu egois.

“Ini merupakan cara yang baik agar emosi mereka semakin matang dan mengajar mereka cara bergaul dengan teman sekelas dan terjun ke dalam masyarakat,” jelasnya.

Pendidikan Kewirausahaan Baru Sebatas Konsep

Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi probem klasik yang dihadapi bangsa ini. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya jumlah wirausahawan yang hanya 0,24% dari total jumlah penduduk Indonesia. Jumlah itu termasuk sangat rendah jika dibandingkan Negara maju seperti Amerika yang memiliki wirausahawan sekitar 11% dan Singapura sebanyak 7% dari jumlah penduduknya.

Rendahnya kemauan berwirausaha mengakibatkan rendah pula tingkat kesejahteraan dan keterbatasan kesempatan kerja. Untuk itu, transformasi pendidikan kewirausahaan terutama pada pendidikan tingkat lanjutan dan tinggi sangat penting untuk segera dilakukan.

Hal itu diungkapkan Direktur Program Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Heru Kurnianto Tjahjono dalam Seminar Kewirausahaan yang diselenggarakan Keluarga Alumni MM UMY di lingkungan Balai Latihan Pendidikan Teknik, provinsi DIY, Rabu (30/3/2011).

Seminar ini terselenggara berkat kerja sama dengan BLPT Provinsi DIY dan didukung program studi MM UMY. Hadir pula sebagai pembicara dalam acara ini Untung Sukaryadi, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY dan Kepala BLPT Bambang Budi Sulistyo.


Heru dalam uraiannya menekankan pentingnya pendidikan kewirausahaan dalam dunia pendidikan. Berdasar riset yang ia lakukan, konsep pendidikan kewirausahaan dalam dunia pendidikan masih sebagai konsep pelengkap sehingga kewirausahaan masih saja berkutat pada konteks pengetahuan dan hanya sedikit keterampilan.

Heru lebih lanjut menegaskan bahwa perubahan dalam pendidikan wirausaha harus segera diwujudkan. “Transformasi pendidikan kewirausahaan harus segera diwujudkan dalam mewujudkan pemahaman konsep (knowledge), peningkatan keterampilan (skill) dan perubahan perilaku (attitude). Output dari pendidikan kewirausahaan adalah sikap mental untuk memulai berwirausaha” ungkapnya.

Sementara itu, Untung Sukaryadi, memaparkan ada beberapa permasalahan pokok yang kini dihadapi dunia ketenagakerjaan. Salah satunya adalah, belum adanya link and match antara sistem pendidikan nasional dan sistem ketenagakerjaan nasional. Selain itu kurangnya pendidikan kewirausahaan (enterpreneurship) bagi angkatan kerja mengakibatkan kesempatan kerja belum bisa terbuka luas. Ditambah lagi kesempatan kerja di luar negeri  (labour skill) banyak yang belum terisi karena minimnya kompetensi calon tenaga kerja.

Di DIY sendiri, masih menurut Untung, tingkat pengangguran masih relatif tinggi. Hal itu disebabkan oleh rendahnya keterbatasan kerja. Data tahun 2010 menunjukkan di Propinsi DIY terdapat 122.225 orang penganggur atau sekitar 6,48% jumlah penduduk dan sekitar 7,19% atau 11.910 orang adalah yang berpendidikan tinggi.

Kapan Waktu yang Tepat Mulai Sekolah?

Kapan waktu yang tepat untuk sekolah? Sesungguhnya, usia wajib sekolah berbeda-beda di dunia. Di Irlandia Utara, usia wajib mulai sekolah adalah pada usia empat tahun. Di Inggris, Skotlandia dan Wales, Belanda serta Australia, usia wajib sekolah adalah lima tahun. Sementara di Austria, Belgia, Republik Ceko, Perancis dan Spanyol, adalah enam tahun dan di Swedia adalah tujuh tahun.  
Profesor pendidikan di Universitas Sheffield, Greg Brooks meyakini, “tekanan tidak diperlukan pada anak kecil”. Pasalnya, anak-anak berkembang dengan cara yang berbeda. Sebagai contoh, tidak ada kesepakatan universal soal usia terbaik untuk mulai belajar membaca.
 
“Mendapatkan kualitas terbaik pada usia dini adalah hak (termasuk waktu) lebih penting daripada usia kapan memulai sekolah,” ujarnya.

Sementara itu, profesor studi anak dini usia di University of Meloburne Australia, Kay Margetts menyatakan seberapa baik anak muda menghadapi kondisi “nyata” di sekolah dapat berdampak panjang terhadap pendidikan mereka. Jika seorang anak tidak siap, mereka mungkin harus mengulang dan ini bisa menjadi pengaruh yang sangat buruk pada masa depan mereka.
 

“Transisi ke sekolah melibatkan penyesuaian terhadap pengalaman baru, tantangan fisik, sosial, perilaku dan akademis serta harapan. Cara setiap anak meresponsnya akan berdampak pada kemajuan dan masa depan mereka,” katanya.

Untuk itu, anak harus memiliki keterampilan untuk mengatasi transisi serta berkembang dalam situasi yang asing dan akademik.
 
“Ini mengenai perpindahan dari lingkungan yang ramah di pra-sekolah atau rumah menuju rasio orang dewasa dan anak yang sangat berbeda. Semakin banyak anak bisa melakukan untuk dirinya sendiri, semakin berhasil mereka di sekolah,” jelasnya, seperti dikutip dari Telegraph, Kamis (31/3/2011).

Lantas, kapan waktu yang tepat mengetahui seorang anak siap sekolah? Pertama, pertimbangkan kemampuannya untuk mandiri. Masa penyesuaian harus dihitung, ini seharusnya berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Semakin banyak pengalaman didapatkan anak sebelum sekolah, semakin baik mereka akan menghadapi sekolah.
 
Indikator “kesiapan” termasuk tingkat ketenangan dan kemampuan untuk mengatasi bila ada sesuatu yang salah, bisa berbicara dengan jelas kepada orang dewasa sehingga mereka dapat berbicara kala membutuhkan bantuan, pemahaman pentingnya berbagi dan bermain dengan anak lain, dan beberapa tanggung jawab dini sehingga bisa menjaga barang kepunyaan mereka.

Selain kesiapan emosional untuk sekolah dan kepercayaan diri untuk mendapatkan teman, pertimbangkan juga seberapa baik anak mengembangkan keterampilan motorik. Dapatkah anak memegang pensil dengan benar? Dapatkah menggambar dalam bentuk sederhana? Menulis nama mereka? Menggunakan pakaian sendiri? Menggunakan gunting? Melompat, meloncat serta mengikat tali sepatu sendiri?

Ketidakmampuan melakukan hal-hal ini dapat membuat anak kehilangan kepercayaan diri saat sekolah. Kemungkinan, dia akan memukul dan dikucilkan oleh teman-temannya, yang akan membuatnya merasa tidak bahagia untuk sekolah
.

Things To Do Before Graduate

Masa kuliah memang sangat menyenangkan untuk dijalani tanpa beban. Tapi, tak ada salahnya jika kamu memiliki sebuah daftar hal-hal yang ingin kamu lakukan sebelum lulus. Simak contekannya.

Dalam buku 101 Things To Do Before You Graduate, Patricia Hudak dan Jullien Gordon menuliskan hal-hal seru agar para mahasiswa dapat memaksimalkan pengalaman mereka dan bersiap menghadapi dunia.

Berikut sepuluh poin pertama yang mereka jabarkan seperti dilansir The Huffington Post.
1. Selesaikan rencana akademismu
Setiap menit yang kamu habiskan dalam perencanaan waktumu di kampus akan meningkatkan keinginanmu lulus tepat waktu, atau bahkan lebih cepat. Dengan memiliki rencana, kamu tak hanya akan mampu mengambil berbagai mata kuliah wajib, tetapi juga membuka kesempatanmu untuk mengambil mata kuliah di semester selanjutnya lebih cepat, menulis skripsi, atau mengambil kuliah singkat di luar negeri.

2. Bertemu dengan dosen walimu setidaknya tiga kali dalam setahun
Dosen wali seharusnya bisa menjadi teman terbaikmu di kampus. Dia bisa menjadi seperti seorang penasihat keuangan pribadi atau seorang pelatih yang membantumu dalam navigasi perjalananmu. Selain dosen wali, kamu juga bisa mendapat bantuan dari orang lain.

3. Temui dosenmu di jam kerja
Jangan merasa terintimidasi oleh dosenmu, terlebih oleh mereka yang mendapat julukan "killer". Sebenarnya, mereka ingin membantumu, loh. Mereka ingin berbagi hasrat tentang ilmu kepadamu, karena itulah mereka mengajar. Bertanyalah kepada mereka, dan izinkan mereka mengenalmu. Jika mereka tidak mendekatimu, maka kamulah yang harus mendekati mereka.

4. Temui ketua jurusanmu
Ketua jurusan (kajur) mengetahui tak hanya perkembangan dunia kerja dalam bidangmu, tetapi juga dosen dan mata kuliah mana yang harus kamu ambil untuk perkembangan studimu. Tiap jurusan memiliki kesempatan yang berbeda bagi mahasiswanya, misalnya untuk beasiswa, berbagai kegiatan, dan kesempatan kerja. Makanya, temenan dengan kajurmu, ya!

5. Ajak dosen makan siang
Seorang dosen adalah orang yang tepat untuk kamu ikutsertakan dalam jaringan yang kamu bangun. Dosen dapat berfungsi sebagai penghubungmu dengan kampus dan semua sumber dayanya. Mereka tak hanya membantumu belajar lebih tentang jurusanmu, tetapi juga mengenalkanmu pada orang-orang di dunia kerja yang mungkin saja mempekerjakanmu. Seru, kan?

6. Belajar ke luar negeri


Seiring perkembangan dunia yang mengglobal, memiliki perspektif internasional akan memberimu keuntungan dalam hidup dan kariermu. Pekerja suka menghabiskan waktu untuk bepergian ke luar negeri, sebab hal itu memperluas pengetahuan serta menunjukkan inisiatif dan ide mereka.

7. Bertanya di dalam kelas


Ini adalah kesempatanmu untuk menjadi pahlawan dan tetap rendah hati. Di satu sisi, kamu mendapat kesempatan untuk menanyakan pertanyaan yang ingin diajukan semua orang di kelas. Di sisi lain, dengan menanyakan hal itu, kamu akan tunjukkan bahwa kamu memang bingung atau benar-benar tidak mengetahui materi yang kamu tanyakan. Pada akhirnya, kamu membantu semua orang. Kamu membantu dosen untuk menjadi pengajar yang lebih baik. Kamu membantu teman sekelasmu. Dan kamu membantu dirimu menemukan kepastian.

8. Belajar bahasa asing

Di era globalisasi ini, makin banyak orang berbicara dalam beberapa bahasa. Inggris hanyalah salah satu dari empat bahasa yang banyak dipakai di dunia ini. Selain Inggris, ada bahasa Mandarin, India, dan Spanyol. Seiring mengecilnya dunia, kemampuan berkomunikasi akan menjadi keahlian yang berharga.

9. Ambil mata kuliah non-jurusan
Cobalah untuk mengambil mata kuliah yang tidak ada hubungannya dengan jurusanmu. Pilih subjek yang memnag menarik perhatianmu sejak lama tapi kamu belum memiliki waktu dan sumber daya untuk mengeksplorasinya. Tapi ingat, jangan mengambil mata kuliah itu hanya karena kamu pikir akan mudah. Siapa tahu, kelas yang kamu pilih secara acak ini justru akan menjadi penentu perubahan dalam hidupmu.

10. Melakukan penelitian dengan dosen
Riset adalah kemampuan dasar untuk pemecahan masalah secara efektif. Dan, jika penelitian itu dilakukan dengan baik dan benar, ia akan mengumpulkan berbagai pemikiran atau pertanyaan tentang suatu topik khusus, yang dapat digunakan untuk menciptakan nilai lebih baik bagi dunia. Ini adalah kesempatanmu untuk memperdalam pemahamanmu tentang materi kuliah dan kemampuanmu. Tidak hanya itu, dengan meneliti bersama dosen, kamu juga bisa mengembangkan hubungan dengan dosen yang kamu kagumi, kan?

Serunya Dunia Kampus!

Berikut sepuluh poin kedua yang mereka jabarkan seperti dilansir The Huffington Post.

11. Selesaikan tugas satu minggu lebih awal

Ini adalah kesempatanmu untuk menemukan atau membuat tantangan yang sangat kamu sukai dan membuatmu larut menekuninya, yaitu dengan menyelesaikan tugas kuliah sesuai dengan tenggat waktumu sendiri, bukan batas yang diberikan dosen. Kamu perlu menantang diri sendiri untuk menyelesaikan tugas dengan sangat baik, dari pada sekadar untuk mendapatkan nilai. Hasil kerja yang baik jauh lebih bernilai dibandingkan nilai, ia akan menjadi pekerjaan yang kamu banggakan di samping nilai yang pasti kamu raih.

12. Publikasikan karyamu

Banyak cara untuk memublikasikan karyamu di kampus. Kamu bisa menulis opini untuk koran kampus sebagai cara membagikan idemu tentang isu yang sedang berkembang.  Kamu juga bisa menulis hasil penelitian yang kamu lakukan dengan dosenmu (lihat nomor 10). Atau kamu juga bisa menerbitkan buku. Dengan menerbitkan karyamu di media selain blogmu sendiri, akan menambah kredibilitas atas ide, pikiran, serta tulisanmu.

13. Lamar beasiswa
Banyak beasiswa tersedia untuk berbagai bidang studi jika kamu tekun mencarinya. Proses lamaranmu sendiri bernilai lebih di luar alikasimu diterima atau tidak. Menulis esai yang bisa membuatmu mendapatkan $10 ribu adalah semudah menulis semua esai yang pernah kamu buat. Kapan lagi punya kesempatan mendapatkan banyak uang dalam waktu singkat, kan?

14. Sarjana 10 kali lebih siap
Meski kamu akan siap menghadapi dunia, kamu tetap harus lulus kuliah. Ketika banyak dari teman sekelasmu kembali ke rumah, kamu akan mendapatkan hasil dari yang kamu investasikan. Dengan lulus kuliah, kamu akan membuat orangtuamu bangga. Tapi yang paling penting, kamu akan membuat dirimu bangga dengan meraih gelar sarjana dan memersiapkan dirimu menghadapi hidup dengan lebih baik.

15. Berpartisipasi dalam tradisi kampus

Beberapa kampus memiliki tradisi unik yang membedakannya dengan kampus lain, seperti kekhasan ospek tiap kampus. Jangan lupa juga tradisi lain seperti tur kampus. Kamu bisa saja tidak mengikuti ritual 'kuno' atau 'norak' itu, tapi dengan begitu, kamu tidak akan merasakan asyiknya bersenang-senang bersama teman sekampus dan menjadi bagian dari sejarah kampusmu.

16. Menjadi pemimpin organisasi kampus  
Kepemimipinan kini menjadi mata uang nomor satu dalam pasar tenaga kerja. Ia lebih penting daripada nilai indeks prestasi kumulatif (IPK)-mu, fakultas atau jurusan yang kamu masuki, atau bahkan dari mana kampusmu. Masa kuliah adalah masa paling baik untuk mengembangkan sisi kepemimpinanmu karena banyak kesempatan yang bisa kamu ikuti. Misalnya dengan menjadi anggota badan eksekutif mahasiswa (BEM), himpunan mahasiswa (Hima), dan unit kegiatan mahasiswa (UKM)

17. Ikuti tur kampus

Tur kampus akan membantumu leih mengenal kampusmu dan mengajarimu hal-hal yang tidak kamu ketahui. Cari tahu tradisi kampusmu (lihat nomor 15), atau cari tahu jalan tercepat menuju kelasmu. Kampus menawarkan berbagai sumber daya dan kesempatan. Jika kamu tidak mengetahui apa yang ada di kampusmu, kamu akan kehilangan banyak hal dari biaya pendidikan yang sudah kamu bayar.

18. Hadiri kuliah umum

Dekanat atau rektorat ahli dalam mendatangkan berbagai pakar dan tokoh ke kampus. Tidak ada tempat lain di mana kamu bisa belajar langsung dari para ahli dan bertemu langsung dengan mereka selain kampus. Dengan menghadiri kuliah umum, kamu tak hanya mendapat berbagai pemikiran dari orang-orang besar tapi juga nilai lebih dari dosenmu.  

19. Masuk ke ikatan alumni

Ikatan alumni adalah tempat di mana kamu bisa mengembangkan jejaring dengan para profesional dari almamatermu. Jejaring ini dapat membantumu mengembangkan sisi profesional lewat proses mentoring baik secara formal maupun informal. Selain itu, ikatan alumni dapat menjadi wadah bagi kamu yang ingin mengeksplorasi berbagai tipe karier.

20.  Persiapkan ujian kelulusanmu

Seperti halnya kamu belajar ketika menghadapi ujian masuk ke perguruan tinggi, kamu juga sebaiknya mempersiapkan diri untuk ujian kelulusanmu di kampus. Dengan begitu, kamu tidak akan 'ngos-ngosan' ketika sidang kelulusan.  

Intip Kampus Khusus Mengolah Mariyuana

Inilah kampus mariyuana. Di kampus yang terletak di Oakland, California, Amerika Serikat, beragam mahasiswa mengikuti kuliah berjudul “Paliatif dan Kuratif Bantuan Melalui Pengobatan Herbal yang Aman dan Efektif”.

Di Oaksterdam University, mahasiswa berdiskusi tentang pengobatan menggunakan mariyuana. Kampus mariyuana pertama di Amerika Serikat itu dihadiri remaja kulit putih bergaya hippie serta pria setengah baya dengan penampilan profesional.

Semua terdiam mendengarkan penjelasan instruktur yang juga pakar kebijakan mariyuana, Paulus Armentano. Dalam penjelasannya, Paulus mengutip sebuah laporan bahwa otoritas Anti Obat-Obatan AS berencana melegalkan mariyuana khusus untuk obat-obatan perusahaan.

“Keuntungan yang berbau untuk bisnis besar,” gumam seorang mahasiswa seperti dikutip dari Time, Rabu (30/3/2011).

Sejak dibuka pada akhir 2007, Oaksterdam memiliki 17.000 mahasiswa. Pada awal didirikan, mahasiswanya kurang dari 24 orang. Mahasiswanya sebagian besar dari AS, tapi ada juga dari Iran dan Kolombia yang mengikuti pelatihan untuk industri medis ganja.

Konsep kampus unik ini berasal dari Cannabis College di Amsterdam, Belanda. Ini bermula saat pendiri Oaksterdam, Richard Lee mengunjungi sebuah perguruan tinggi ganja yang terfokus pada masyarakat. Dia memperkirakan bisa melakukan hal yang sama di Bay Area, California.

Menurutnya, pendekatan profesional dan transparan bisa mengikis stigma mengenai mariyuana dan pada akhirnya membuat negara bagian mempertimbangkan untuk melegalisasinya

Namun, pejabat fakultas mengakui sebagian besar mahasiswa bercita-cita mengeruk uang dari kuliah ini. Pasalnya, Oakland memiliki beberapa undang-undang yang longgar terhadap obat-obatan, sehingga Oakland bisa menjadi awal ledakan mariyuana untuk pengobatan.

Lantas, pertanyaan apa yang paling sering diajukan? “Berapa banyak yang akan dihasilkan dari tanaman ini,” kata pengajar yang merupakan teknisi di laboratorium hortikultura, “Big” Mike Parker.

Pengajar bertubuh tinggi besar dengan janggut putih ini menjelaskan, “Ini adalah kerja keras, Anda melihat saya berkeringat. Dan jika Anda berpikir Anda akan menjadi kaya jika menanamnya, Anda berada di sini untuk alasan yang salah.”

Saat ini, Undang-Undang Negara Bagian California membolehkan mariyuana untuk pengobatan. Tapi pemerintah pusat masih melarang hal ini. Karena itu, menanam mariyuana hanya bisa dilakukan di dalam rumah. Saat ini, pertanian mariyuana secara illegal merajalela di Oakland.

Meski pengobatan menggunakan mariyuana masih langka, dikhawatirkan kesehatan publik dan masalah keamanan akan meningkat terkait dengan budidaya mariyuana.

Ini mengacu pada data kepolisian Oakland yang menyatakan, pada 2008 dan 2009 terjadi delapan peristiwa perampokan, tujuh pencurian dan dua kasus pembunuhan yang terhubung dengan bisnis mariyuana. Pada 2 Maret, sebuah gudang yang diyakini terdapat mariyuana sebanyak 300 dan 500 paket, yang melebihi batas hukum, jika memiliki izin, terbakar di bagian barat kota. Namun ini jenis perilaku yang coba dihilangkan mahasiswa dan fakultas Oaksterdam.

“Ada kemungkinan polisi akan mendobrak pintu rumah Anda, namun Anda diajarkan bertanggung jawab di sini dan mendapatkan instruksi terbaik,” seorang mahasiswa yang bekerja sebagai petugas katering yang menanam mariyuana untuk sebuah perkumpulan, Lisa (40).

Dia mengemudi selama tiga setengah jam dari Lake Tahoe pada Sabtu pagi agar bisa mengikuti kelas. Dia dapat meraup pendapatan hingga USD3.000 per bulan dari tanamannya, jumlah yang besar namun ini tidak tentu.

Mahasiswa lainnya, Sam Gearing (20) mengikuti kuliah ini karena sering bermasalah. Dia berharap bisa “bekerja paruh waktu untuk mendapatkan bayaran penuh”. Dia mulai mengisap mariyuana sejak remaja untuk mengatasi gangguan kecemasan yang parah. Akibatnya, dia menjalani percobaan akademis di perguruan tinggi di Virginia, di mana dia merasa dibatasi. Setelah melihat iklan untuk Oaksterdam online, Sam keluar dari kampusnya.

“Saya bisa menghabiskan empat tahun kuliah, lulus dengan satu ton utang dan mungkin dapat pekerjaan. Atau pilihan lainnya, saya belajar di sini, membayar USD650 satu semester dan mendapatkan pekerjaan. Itu tidak membutuhkan otak,” pungkasnya.

Buka Hati Sedikit Anggota Dewan

Rencana pembangunan gedung baru DPR yang menghabiskan dana sekira Rp1 triliun lebih terus menuai kontroversi. Sayangnya para anggota dewan menutup mata dengan kondisi di masyarakat yang masih sangat menderita. Dengan teganya, para wakil rakyat itu menyebut pembangunan gedung karena desakan rakyat.

Dengan dalih gedung yang sekarang dianggap kurang layak, mereka para anggota yang katanya terhormat ngotot untuk tetap membangun gedung mewah itu. Sementara di belahan bumi Indonesia yang lain, sejumlah anak sekolah terpaksa belajar di bawah atap yang bolong dan juga masih ada kampung yang belum dialiri listrik.

Seharusnya dana sebesar itu bisa dialokasikan untuk pembangunan listrik 75 Kepala Keluarga (KK) atau sekampung di wilayah Papua. Pembuat Kebijakan Listrik Pedesaan PLN wilayah Papua Hasmar Tarigan mengungkapkan, biaya pembangunan listrik di pedesaan dengan menggunakan mesin diesel maksimal mencapai angka Rp600 juta-Rp700 juta.

Tak hanya itu, dana pembangunan satu ruang baru bagi anggota DPR yang mencapai Rp800 juta setara dengan jatah Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi siswa SD/SMP. Jika DPR tetap ngotot ingin membangun gedung baru, seorang anggota DPR jadi sepadan dengan menghilangkan hak 2.000 murid SD/SMP.

Jadi wajar jika sejumlah masyarakat menilai niat anggota DPR ini berlebihan untuk saat ini. Jadi tidak salah juga jika niat itu ditunda untuk sementara melihat kondisi masyarakat yang jauh lebih prioritas juga sedang membutuhkan fasilitas yang bisa diwujudkan dari dana segar gedung DPR.

Karena itu, buka sedikit hatimu anggota dewan....

Memilah Kapitalisme

Lebih dari dua abad sejak terbitnya buku Kekayaan Negara Bangsa karya Adam Smith dan berbarengan dengan runtuhnya Tembok Berlin pada 1989, sistem ekonomi kapitalisme berhasil menggusur semua pesaingnya.

Karena nyaris tanpa pilihan, kita boleh bertanya, apakah sistem ini cocok untuk menyelesaikan berbagai masalah nasional dan global? Banyak pengamat yang ragu, mereka mensinyalir bahwa setelah mengalahkan semua lawannya, kapitalisme bakal berpuas-puas dengan dirinya sendiri. Sikap diri yang menurut Rudolf Hickel (2000) akibat tiadanya “tangan pengatur keadilan dalam kapitalisme”.

Memilah Kapitalisme

Robert Heilbroner, seorang sosialis Jerman, melihat peran oposisi sosialistis di masa depan tidak lagi dalam mengupayakan rancangan perlawanan baru atas kapitalisme, tetapi mengupayakan agar sistem yang “unggul” ini berwajah lebih manusiawi. Satu-satunya “kesempatan perbaikan” yang masih terbuka, menurut Michael Albert, adalah terus mencoba dengan sistem kapitalisme dan berbagai cabangnya seperti individual capitalism negaranegara Anglosaxon (AS dan Inggris) yang saat ini dikenal dengan julukan neoliberal dan social capitalismnegara-negara Eropa daratan.

Dua cabang kapitalisme itu telah memengaruhi perjalanan abad ke-20. Setelah itu, muncul corporative capitalism sebagai cabang kapitalisme ketiga dari Jepang yang pernah dinobatkan sebagai sistem ekonomi abad ke-21 meski tampaknya belakangan mengalami kemunduran. Yang tak terduga adalah kemunculan “kapitalisme” China yang berada di bawah payung sistem komunisme.

Pada masanya, secara simplisistis Reagan dan Thatcher (sebagai personifikasi kapitalisme Anglosaxon) pernah mengungkapkan rumusan pemikiran yang sempat membius warga dua negara tersebut: “Turunkan pajak bagi orang kaya, maka kehidupan orang miskin akan membaik.” Pemikiran kontroversial yang dirumuskan oleh para intelektual kanan dari Hoover Foundation di California ini mungkin bisa berfungsi seandainya orang kaya yang banyak menghemat pajak itu mengiventasikan keuntungannya pada sektor produktif.

Tapi, karena tak seorang pun bisa memaksa mereka, tidak juga negara, kebanyakan uang mereka diinvestasikan pada bisnis spekulasi properti dan beberapa bidang kontraproduktif. Kapitalisme Eropa (daratan) cenderung mengikuti “model Jerman“ yang juga disebut soziale Markwirtschaft yang kurang lebih berarti ekonomi pasar yang sosial. Eropa telah mengembangkan bingkai persyaratan yang disepakati umum tanpa terlalu melemahkan mekanisme pasar, berupa sistem sosial terpadu mulai dari perlindungan kesehatan, pengangguran hingga pengamanan hari tua dan tempat tinggal.

Pajak yang tinggi telah memungkinkan pendanaan pendidikan dan pengajaran serta berbagai infrastruktur dasar. Serikat buruh yang relatif kuat juga telah mewarnai “kapitalisme solider” model Eropa. Konsep Eropa berhasil melahirkan kelompok menengah yang kuat dan membawa kemakmuran bagi mayoritas. Bahkan para pakar ekonomi AS yang menjadi penasihat Presiden Clinton dan Obama melirik kapitalisme model Eropa untuk diterapkan di AS.

Ekspansi agresif kapitalsime Jepang berhasil di pasar internasional. Meskipun demikian, rakyatnya relatif lebih sedikit diberi kesempatan mencicipi kue hasil keuntungan yang berlimpah. Harga barang di Kepulauan Matahari Terbit ini misalnya, akibat kebijakan subsidi pertanian, rata-rata 40% lebih tinggi dibandingkan dengan AS. Mempunyai rumah sendiri di Jepang nyaris tak mungkin akibat spekulasi tanah yang mendapat sokongan negara.

Produktivitas sistem perekonomian Jepang tidak hanya bertumpu pada teknik produksinya yang jenius (Der Spiegel), tetapi terutama berkat pemasok murah dari strata masyarakat terbawah dalam “masyarakat tiga kelas” Jepang. Saat ini, posisi Jepang sebagai kekuatan ekonomi nomor dua dunia mulai digantikan China. Bobot ekonomi negara berpenduduk terbesar di dunia ini berpengaruh signifikan pada konstelasi kekuatan politik global. Kaplinsky melihat China bukan sekadar emerging economies, melainkan Asian drivers of global change (2006).

Memilih Kapitalisme

Bagi Joseph Stiglitz, peraih Nobel Ekonomi, fundamentalisme pasar memiliki keterkaitan sangat erat dengan neoliberalisme–– aliran dominan yang menjadi dasar berbagai kebijakan G-8, IMF, dan Bank Dunia. Fundamentalisme pasar sebagai perwujudan neoliberalisme dalam bidang ekonomi yang meminggirkan peran negara sebagai penyeimbang ini gagal memenuhi janjinya.

Tiga contoh berikut memperjelas keterbatasan dari berbagai solusi yang melulu bertumpu pada premis ekonomi pasar. Pertama, asumsi fundamentalisme pasar bahwa pasar uang tidak hanya membantu penggunaan kapital secara optimal, tetapi juga menjamin pertumbuhan dan pengadaan lapangan kerja, ternyata, tidak terbukti. Penyebabnya, pasar modal menjadi pasar spekulatif yang digelembungkan. Kedua, kekuatan pasar tidak mampu mencegah krisis lingkungan global.

Meski harus pula diakui, kegagalan yang sama dialami oleh negara, terutama berkaitan dengan maraknya monopoli dan oligopoli. Ketiga, penelitian Prittchett (1996) membuktikan bahwa dalam proses globalisasi terjadi kesenjangan yang meluas. Pemenangnya adalah negara-negara kaya anggota OECD, termasuk korporasi yang mengeruk kekayaan alam negara berkembang.

Dalam memilih, kita berharap negara berperan sebagai “penjaga” konstitusi dengan mengacu pada Pasal 33 UUD 1945 yang dengan sangat jelas menyebut pemanfaatan sumber daya alam untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dalam kasus seperti ini, sosial demokrasi yang menawarkan jalan ketiga bisa menjadi opsi dengan mendorong negara untuk berpihak pada kepentingan mayoritas rakyat ketimbang condong kepada segelintir perusahaan yang memakmurkan segelintir penikmat di atas penderitaan mayoritas rakyat.

IVAN A HADAR
Wakil Pemimpin Redaksi
Jurnal Sosial Demokrasi (Indonesia dan Asia),
Anggota Pokja Forum Kawasan Timur Indonesia

Bintang Porno & Kemajuan Film Tanah Air

BEBERAPA waktu lalu Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata merencanakan pengurangan pajak untuk pembuatan film lokal. Hal ini diharapkan mampu mendorong para sineas lokal untuk berkreatif dalam meningkatkan produktivitas dan mutu film Tanah Air.

Tak lama berselang, Maxima Pictures berencana mendatangkan bintang porno asal Jepang untuk yang ketiga kalinya. Setelah Rin Sakuragi dan Miyabi, kini mereka akan mendatangkan bintang porno bernama Sora Aoi.

Memboyong bintang porno luar negeri tak hanya dilakukan Maxima Pictures, K2K Production juga mendatangkan bintang porno. Kali ini berasal dari Negeri Paman Sam, Tera Patrick.

Entah apakah strategi dua rumah produksi tersebut sejalan dengan semangat pemerintah dalam meningkatkan mutu dan produktivitas film Tanah Air? Kalau dari segi produksi, mungkin bisa dibilang ada peningkatan. Bayangkan saja, Maxima yang telah berdiri 2006 lalu telah membuat 20 film, kebanyakan didominasi film horor dan komedi. Di antaranya ada Air Terjun Pengantin, Menculik Miyabi, Hantu Tanah Kusir, dan Suster Keramas.

Produksi film Tanah Air memang beberapa tahun ini meningkat dibandingkan tahun 1992 yang hanya 41 film dalam setahun, 1998 hanya 11 film, bahkan tahun 2001 hanya empat buah film nasional saja.

Tahun 2010 kemarin film nasional sudah mencapai 70 buah film, tahun ini ditargetkan mencapai 100 buah film. Akan tetapi bagaimana dengan mutunya. Di tahun 2010 memang film nasional meningkat
                                                                                                         
Pertanyaan selanjutnya, apakah hanya jumlah film saja yang kita tingkatkan. Bagaimana kabar dengan mutu film Indonesia. Apakah akan dibiarkan film nasional berbau esek-esek ini terus muncul. Padahal, secara penjualan tak sebagus film nasional lain yang tidak berbau esek-esek.

Contohnya, film yang dibintangi Rin Sakuragi ternyata tak mampu menyaingi film yang Air Terjun Pengantin yang diproduksi PH yang sama. Keduanya, juga belum mampu bersaing dengan pendapatan film Ayat-Ayat Cinta dan juga Laskar Pelangi.

Di samping itu juga masih banyak sineas yang memiliki idealisme dalam membuat film. Sebut saja Mira Lesmana dan Riri Reza yang terus berupaya mengangkat film nasional baik secara kuantitas dan juga kualitasnya. Terbukti dua film terakhir yang mereka sajikan selalu diburu para pecinta film.

Lihat juga Hanung Bramantyo, yang mengangkat produksi film nasional melalui Ayat-Ayat Cinta dan Sang Pencerah. Dan yang tak kalah idealis adalah Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen. Pasangan selebriti yang pernah menggarap film Senandung di Atas Awan ini sering menggarap film bertema nasionalisme, seperti King dan Tanah Air Beta.

Artinya dari sini terlihat jelas. Bahwa, kuantitas dan kualitas masih tetap perlu berjalan seiring seirama dalam memajukan film Tanah Air. Tinggal bagaimana niat baik pemegang wewenang, dalam hal ini Kemenbudpar, Lembaga Sensor Film, dan juga pelaku, sutradara, aktor, dan aktris.

Kematian Whistleblower

Di Indonesia, seorang whistleblower mungkin sudah "mati" sejak ia memutuskan menjadi whistleblower. Ungkapan di atas tak berlebihan jika melihat vonis penjara tiga tahun enam bulan untuk mantan Kabareskrim Mabes Polri Susno Duadji dan apa yang dialami sejumlah “pemukul kentongan” akhir-akhir ini.

Dengan mudah kita bisa menyusun daftar panjang para whistleblower kesepian itu. Dulu, Endin Wahyudin mencoba membongkar suap terhadap Hakim Agung, justru dijerat pidana pencemaran nama baik. Sementara kasus inti (suap) dikabarkan berakhir dengan vonis bebas. Kemudian ada Vincentius Amin Sutanto yang pernah menjadi mantan financial controller di AAG mencoba membongkar dugaan skandal pajak Rp1,3 triliun di perusahaannya. Namun,ia justru divonis 11 tahun karena dituduh membobol dana milik PT Asian Agri Oil and Fats Ltd di Singapura.

Sedangkan kasus induk yang hendak dibuka masih terkendala sejak 2007. Untuk kasus Susno Duadji, kita menemukan kemiripan dengan dua kasus sebelumnya. Dalam kasus ini, pembacaan terhadap Susno perlu dilakukan secara proporsional. Ia perlu dilihat sebagai “orang dalam” yang mencoba bicara dan membuka skandal yang ia ketahui secara persis di institusi tempat ia bekerja. Dalam posisinya sebagai orang nomor satu di bagian Reskrim yang berwenang menangani hampir semua jenis kejahatan di Indonesia seharusnya ia tahu banyak.

Tiga Kasus

Hampir semua orang yang mencermati kasus ini tentu mengetahui bahwa Susno Duadji melapor pada Satgas Pemberantasan Mafia Hukum pada 18 Maret 2010 atau sekitar empat bulan setelah ia dicopot dari jabatan Kabareskrim. Satu bulan kemudian ia mendatangi Komisi III DPR RI (4 April 2010). Di berbagai media ia mengungkapkan secara terang benderang tiga kasus yang hendak dibongkarnya yaitu kasus dugaan tindak pidana pencucian uang yang melibatkan Gayus HP Tambunan,dugaan korupsi PT Salmah Arwana Lestari (SAL), dan penggunaan anggaran di Mabes Polri dan Kepolisian Daerah se-Indonesia.

Tiga kasus yang tidak main-main dan disinyalir bisa menjerat sejumlah aktor inti di institusi tempat ia bekerja. Tapi sial, agaknya banyak pihak gerah dengan manuver yang dilakukan Susno hingga ia akhirnya ditetapkan sebagai tersangka di salah satu kasus yang hendak dibongkarnya (PT SAL) pada 11 Mei 2010. Tidak cukup sampai di sana, 10 Juni 2010 ia kembali ditetapkan sebagai tersangka untuk kasus dana hibah 2008 saat ia menjabat sebagai Kapolda Jawa Barat.

Sejak ditetapkan sebagai tersangka, ia langsung ditahan. Menjelang vonis dijatuhkan, ia bebas karena habis masa tahanan. Namun, tetap saja mujur belum menghampirinya. Hakim menjatuhkan vonis tiga tahun enam bulan, denda Rp200 juta, dan penggantian kerugian keuangan negara Rp4 miliar. Apa yang bisa dibaca dari fenomena tersebut? Sebagian pihak mengatakan, jika memang Susno terlibat dalam sebuah tindak pidana korupsi, ia tetap harus bertanggung jawab secara hukum.

Apalagi Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban dengan jelas mengatakan: “Seorang saksi yang juga tersangka dalam kasus yang sama tidak dapat dibebaskan dari tuntutan pidana apabila ia terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah, tapi kesaksiannya dapat menjadi pertimbangan bagi hakim dalam meringankan pidana yang dijatuhkan.”

Argumen tersebut terkesan kuat dan rapi, apalagi kemudian Mahkamah Konstitusi menolak judicial review yang diajukan Susno dalam perkara Nomor: 42/PUU-VIII/2010.MK menguatkan keberadaan Pasal 10 ayat (2) UU No 13/2006,meskipun dalam pertimbangan hukumnya MK juga menegaskan pentingnya keberadaan saksi dalam sebuah pembuktian pidana dan karena itu perlindungan terhadap saksi harus dilakukan.

Sumpah Omerta

Sebelum menilai lebih jauh duduk perkara tersebut, kita agaknya perlu sedikit bertamasya ke Amerika pada 1963.Saat itu seorang mafia Italia-Amerika bernama Joseph Valachi memberikan kesaksian di hadapan Komisi Kongres Amerika Serikat. Ia yang pertama kali melanggar sumpah para mafia yang sangat terkenal saat itu, Omerta, sebuah “sumpah diam” yang diyakini para mafia baik karena rasa takut ataupun kesetiaan terhadap kelompok.

Valachi menjelaskan secara rinci struktur internal mafia dan kejahatan terorganisasi yang dilakukan kelompoknya yang dipimpin oleh Vito Genovese. Ia bagian dari struktur mafia yang dibuka dan dijelaskannya dalam kesaksian saat itu. Pemerintahan Amerika melalui FBI dan Biro Permasyarakatan Federal pun memutuskan memberikan perlindungan ketat pada Valachi. Sejak saat itulah keyakinan bahwa perlindungan terhadap saksi yang juga menjadi pelaku atau bagian dari sebuah struktur kejahatan dinilai sangat penting.

Dalam kejahatan terorganisasi seperti narkotika dan korupsi, upaya untuk membongkar mafia kelas atas bahkan hampir tidak mungkin dilakukan tanpa peran “orang dalam”. Tak sampai satu dasawarsa, Undang-Undang Pengendalian Kejahatan Terorganisir diterbitkan 1970 dan memberikan wewenang pada Jaksa Agung AS untuk melindungi para whistleblower (LPSK, 2010).

Di sektor pajak, ada juga kisah menarik tentang peniup peluit. Seorang whistleblower dari Wall Street Banker yang membongkar penggelapan pajak justru mendapatkan USD1,1 juta sebagai reward atas partisipasinya membongkar skandal pajak sejumlah perusahaan yang diketahuinya secara persis. Internal Revenue Services (IRS) memberikan hadiah hingga 15% dari uang yang berhasil diselamatkan berkat jasa whistleblower.

Kita bisa dengan mudah membandingkan kenyataan yang terjadi pada 1963 di Amerika dan tax whistleblower di Wall Street Banker yang justru diapresiasi dengan hadiah yang tak sedikit. Di Indonesia, baik untuk kasus Susno ataupun Vincent, yang menjadi persoalan mungkin bukan hanya tidak adanya “terobosan”regulasi yang menjamin keamanan peniup peluit.

Terdapat ketidakadilan yang nyata saat menyaksikan seorang yang berupaya membongkar sebuah skandal besar justru dibungkam dengan menggunakan sarana negara dan kemudian dijatuhi pidana penjara. Sementara di saat yang sama,kasus inti yang hendak dibongkar mandek dan nyaris melindungi aktor utama kasus tersebut. Sementara itu, Presiden juga masih tetap berlindung di balik kata-kata manis, “Saya tidak akan mencampuri proses hukum.”

Untuk kasus Susno misalnya, mungkin benar Susno tetap harus bertanggung jawab atas perbuatan pidana yang dilakukannya. Akan tetapi, akan lebih tepat jika penegakan hukum kita lebih menekankan pada prioritas penanganan kasus yakni memproses terlebih dahulu sampai tuntas skandal yang hendak dibuka seorang whistleblower. Karena jika tidak demikian, saya yakin tidak akan pernah ada lagi orang yang mau “membunuh” dirinya sendiri dengan menjadi whistleblower.

FEBRI DIANSYAH
Koordinator Divisi Hukum dan
Monitoring Peradilan Indonesia Corruption Watch (ICW)

Senin, 28 Maret 2011

Blatter & Nurdin Sama Saja?

Hampir seluruh pecinta sepakbola Indonesia menginginkan revolusi di tubuh PSSI. Ternyata, tak sedikit pula pihak yang mengidamkan perubahan dalam otoritas tertinggi sepakbola dunia, FIFA. Apakah kebobrokan masa kepemimpinan Ketua Umum PSSI tak ubahnya Presiden FIFA?

Melalui tulisan dalam blog pribadinya, calon Presiden FIFA Mohamed bin Hammam mengatakan, kunjungan ke Kongres UEFA di Paris pada akhir pekan kemarin menyadarkan dirinya akan kondisi FIFA sesungguhnya.

Menurut pria yang saat ini menjabat sebagai Presiden Konfederasi Sepakbola Asia (AFC), perubahan harus terjadi dalam tubuh FIFA, yang saat ini dipimpin oleh Blatter.

“Perjalanan ke Paris memberikan saya kepekaan lebih, di mana sebagian besar orang menginginkan perubahan dalam tubuh FIFA,” cetus Hammam, seperti dilansir Super Sports, Selasa (29/3/2011).

“Sayangnya, dari apa yang saya amati, banyak orang telah menilai seluruh organiasi di dalamnya dengan ketidakpopuleran presidennya (Blatter),” jelas pria berkebangsaan Qatar.

Seperti diketahui, Hammam akan menantang Blatter pada pemilihan presiden untuk masa jabatan empat tahun kedepan, yang akan digelar di markas besar FIFA di Zurich, Swiss, 1 Juni mendatang. Ya, inilah harapan Hammam yang merupakan bagian dari kampanyenya.

“Saya berharap, kami akan mampu menghadirkan perubahan dan mengembalikan FIFA sebagai organisasi yang selayaknya bisa kita banggakan lagi,” umbar pria 61 tahun.

Jika dilihat dari pernyataan Hammam, memang Nurdin Halid seakan setali tiga uang dengan Sepp Blatter. Namun menurut rumor yang beredar, Hammam justru ingin mendukung eksistensi Nurdin di PSSI, demi mengamankan suara pada pemilihan presiden mendatang.

Sementara itu, Blatter, melalui sejumlah kebijakan FIFA baru-baru ini, telah menyudutkan posisi Nurdin dan menegaskan pria asal Makassar tidak diizinkan mencalonkan diri lagi pada pemilihan Ketum PSSI periode 2011-2015, lantaran pernah berstatus narapidana dan ini bertentangan dengan statuta FIFA.

iPhone 5 Diperkenalkan 6 Juni 2011?

Apple diprediksi akan memperkenalkan mainan terbarunya, iPhone 5, pada 6 Juni mendatang. Beberapa analisa dan pernyataan memperkuat prediksi tersebut.

Dilansir melalui Pocket-lint, Selasa (29/3/2011), para analis berkeyakinan bahwa iPhone 5 akan digelontorkan Apple saat konferensi pengembang Apple (Worldwide Developers Conference/WWDC) yang akan dilaksanakan di Moscone West, San Fransisco, mulai 6 hingga 10 Juni 2011.

Para analis sangat yakin mengenai kemunculan ini, mengingat sejak iPhone 3G hingga iPhone 4, Apple memperkenalkannya pada setiap acara WWDC yang diadakan tiap tahun.

Pada 2008 misalnya, saat pembukaan WWDC, Apple mengumumkan dikeluarkannya iPhone 3G. Sedangkan pada hari pertama WWDC di 2009, Apple memperkenalkan iPhone 3GS. Lalu pada 2010, di event yang sama, Apple mengumumkan ketersediaan iPhone 4.

Dari pola waktu tersebut, bisa ditebak kapan waktu yang tepat bagi Apple menggelontorkan iPhone 5 atau yang juga disebut dengan iPhone 4G. Bahkan pada beberapa kesempatan, Apple telah mengkonfirmasikan akan adanya pengumuman besar saat WWDC 2011 terkait perkembangan iOS.

"Pada konferensi tahun ini kami akan memunculkan iOS  dan Mac OS. Jika anda adalah pengembang software iOS dan Mac OS X, ini merupakan event yang tidak boleh anda lewatkan," ujar Philip Schiller, SVP Product Marketing Apple.

Studi: Hanya Sedikit Tweet yang Berpengaruh

Sebuah studi berjudul 'Who Says What to Whom on Twitter' yang dilakukan oleh Yahoo Research menyimpulkan bahwa dari sekian banyak tweet, hanya 0,05 persen tweet yang menarik perhatian.

Dari 260 juta tweet DI Twitter yang dipelajari, hampir 50 persen tweet yang dikonsumsi oleh pengguna dibuat oleh 'pengguna elit' yang masuk dalam empat kategori, yaitu: media, selebritis, organisasi dan blogger. Demikian seperti yang dikutip dari Mashable, Selasa (29/3/2011).

Para peneliti menyimpulkan bahwa Twitter menyerupai pusat berbagi informasi ketimbang sebuah situs jejaring sosial.

Studi ini menggali lebih dalam mengenai tweet itu sendiri. Sebagai contoh, ketika pengguna biasa mengkonsumsi tweet dari selebritis dan blogger, selebritis dan blogger itu pun juga mengikuti tweet dari orang terkenal lainnya.

"Dengan mempelajari arus informasi di antara lima kategori, analisis kami berhasil mengungkap jawaban dari pertanyaan sebelumnya mengenai penelitian komunikasi," tulis sang penulis dalam penelitiannya.

Awal bulan ini Twitter berulang tahun ke lima. Klik ke sini untuk mengunduh hasil studi tersebut.

Buku Salah Edar Tak Ditarik

Kementerian Pendidikan Nasional Nasional (Kemendiknas) tidak akan menarik ratusan buku pengayaan yang tidak memenuhi persyaratan teknis.

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Kemendiknas Diah Harianti mengatakan, walaupun Komisi X DPR sudah mengungkapkan 33 persen buku dari 895 judul buku pengayaan yang diterbitkan Kemendiknas salah edar karena tidak memenuhi persyaratan, namun Kemendiknas tidak akan melakukan tindakan apapun. “Kami tidak akan menarik buku-buku tersebut,” ungkapnya melalui pesan pendek, Senin (28/3/2011).

Diah menyatakan, pihaknya sudah menerima laporan dan daftar buku yang dibilang salah edar tersebut dari Komisi X DPR beberapa waktu lalu. Saat ini Kemendiknas sudah melakukan konfirmasi atas daftar buku yang lulus dengan yang tidak lulus penilaian dari bagian manajemen mutu penilaian pusat buku (Pusbuk). Diah menjanjikan, pihaknya akan mempelajari ratusan buku tersebut dan hasil pemeriksaan secepatnya akan diumumkan ke masyarakat umum.

Diah menyatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan awal, buku pengayaan atau referensi yang diterbitkan berdasarkan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang pendidikan tahun ajaran 2010 tidak saja diterbitkan oleh Kemendiknas. Akan tetapi yang perlu diketahui oleh masyarakat umum adalah, buku pengayaan tidak hanya beredar atas persetujuan Kemendiknas namun juga oleh Kementerian Agama (Kemenag).

Leadership Mahasiswa dalam Socioagropreneur

SALAH satu metode yang harus dilakukan Indonesia untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran sekaligus mengejar ketertinggalan dari negara lain adalah membangun gerakan budaya kewirausahaan yang dilakukan bersama-sama antara pemerintah, akademisi, dan tokoh sosial. Tindakan penumbuhan koperasi, usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah (UMKM) sebagai penopang utama perekonomian Indonesia merupakan tindakan utama yang harus dilakukan dalam gerakan budaya kewirausahaan.

Pelaku UMKM yang mencapai 99 persen dari total 52,769 juta pelaku usaha di Indonesia inilah yang berhasil mengeluarkan Indonesia yang terus mendera sejak 1998. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, secara umum jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 116,5 juta orang atau bertambah sekitar 530 ribu orang dibanding Februari 2010 sebesar 116,0 juta orang. Tentu saja perbaikan ini tidak terlepas dari peran pelaku UMKM.

Namun, sarjana -diharapkan menjadi calon pemimpin bangsa di masa depan− yang menganggur di Indonesia sedikitnya tercatat 626.000 orang (BPS 2010). Hanya kemampuan wirausaha yang bisa mempercepat bangsa ini menyelesaikan kemiskinan dan pengangguran yang semakin meningkat, terlebih kewirausahaan sosial dalam bidang pertanian (socioagropreneur).

Untuk mendorong keinginan pemerintah meningkatkan perekonomian nasional, mengurangi pengangguran, dan menyelesaikan masalah kemiskinan, jumlah wirausaha ditargetkan minimal dua persen dari total penduduk Indonesia. Peran mahasiswa pertanian sebagai calon pemimpin bangsa di masa mendatang sangat besar, salah satunya upaya pengentasan kemiskinan melalui kerjasama budidaya ikan nila dengan petani ikan yang mengalami kesulitan modal.

Peluang budidaya ikan nila sangat besar. Data menunjukkan pada tahun 2005, tingkat konsumsi ikan masyarakat di Indonesia mengalami kenaikan yakni dari 25,03 kg per kapita per tahun pada tahun 2006 menjadi 25,8 kg per kapita per tahun pada tahun 2007. Angka ini masih dibawah standar kecukupan pangan untuk ikan yaitu sebesar 26,55 kg per kapita per tahun. Sedangkan untuk pasar ekspor, salah satu pasar yang paling potensial adalah AS  dengan rata-rata ekspor 8.000 ton ikan nila per tahun (Agrina, 5 April 2007).

Lantas, bagaimana keadaan para petani ikan nila sehingga perlu melaksanakan program sosioagropreneur  kepada mereka? Penjelasan Hartyo (2010) tentang keadaan petani ikan di Bogor tentu bisa menjadi pertimbangan. Dia menjelaskan masih banyak keluarga petani ikan −dalam hal ini petani nila− yang mengalami defisit pendapatan. Rata-rata pendapatan per kapita per bulan pada kelompok keluarga pembudidaya ikan hanya Rp498.649,60. Sedangkan, pengeluaran per kapita per bulannya sebesar Rp419.639,30 − Rp510.700,10.

Hal ini mengindikasikan masih banyak keluarga yang angka kesejahteraannya belum layak. Permasalahan ini tentu saja menyulitkan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari apalagi memperluas usahanya.

Socioagropreneur budidaya nila bertujuan menghasilkan karya yang dapat merubah Indonesia, terutama di kalangan petani ikan nila yang kekurangan modal dan tidak memiliki daya jual tinggi serta kalangan mahasiswa sebagai akademisi dan calon pemimpin bangsa. Program kerja sama antara mahasiswa sebagai pemasok bibit beserta pakan dan petani ikan sebagai pemilik kolam yang memiliki pengalaman di lapangan diharapkan mampu mengenali adanya kemandegan dalam kehidupan petani nila.

Hal ini dilakukan dengan menemukan disfungsi sistem, kemudian menyelesaikannya dengan merubah sistem tersebut dan sejalur dengan menumbuhkan kepercayaan diri petani dalam mengembangkan usahanya. Selain itu, program ini efektif dalam mendorong mahasiswa untuk berwirausaha dan memimpin di tengah kesibukannya sebagai seorang akademisi.

Rinaldy Ardana Harahap
Mahasiswa IPB jurusan Biokimia IPB

Inilah Fakultas Favorit di ITB

Menjelang tahun ajaran baru, calon mahasiswa biasanya kebingungan menentukan fakultas yang akan dipilih. Bagi peminat teknik, Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi salah satu kampus favorit. Lalu fakultas apa saja yang paling tinggi peminatnya di Kampus Ganesha ini?

Rektor ITB Akhmaloka menyebutkan, ITB memiliki tiga fakultas yang tiap tahunnya selalu jadi favorit mahasiswa, yaitu Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM), Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), dan Fakultas Teknologi Industri (FTI). Quota tiga masing-masing fakultas ini sebanyak 300 kursi per-tahun.

"Tiap tahunnya, tiga fakultas ini selalu papan atas, banyak diminati. Selain itu pasinggrade-nya juga paling tinggi," terang Akhmaloka, kepada okezone, di ITB, Bandung, Jawa Barat, (29/3/2011).

Banyak perusahaan yang minat pada lulusan fakultas ini. Bahkan banyak juga yang mengikatnya sebelum lulus. Misalnya perusahaan perminyakan dan pertambangan nasional dan internasional yang biasa memberi beasiswa di beberapa semester sebelum mahasiswa lulus. Setelah itu, mereka diminta kerja.

"Dan yang begitu banyak sekali, tidak hanya di FTTM tetapi juga di beberapa jurusan lainnya biasa diminta sebelum lulus," tuturnya.

Dia menyebutkan, 70 persen lulusan ITB langsung kerja di perusahaan swasta atau industri. Sisanya di tempat lain seperti instansi, melanjutkan S2, atau PNS.

FTTM, kata Akhmaloka, diminati karena teknologi tambang minyaknya. Saat ini eksplorasi minyak di dalam dan luar negeri tengah digalakkan. "Perusahaan asing seperti Petronas (Malaysia) itu banyak minta (SDM) ke kita," sebutnya.

"Kemendiknas Takut Salah Langkah"

Pengamat Pendidikan Arief Rahman menyatakan, Kemendiknas tidak berani menarik ratusan buku pengayaan yang salah edar karena takut salah langkah.

“Mungkin mereka tidak berani karena bukan kewenangan mereka,” ucapnya. Dengan kata lain, masyarakat sebagai pemakai buku tersebut harus mendesak Kemendiknas untuk menunjuk instansi pemerintah agar segera menarik buku salah edar tersebut sehingga tidak merugikan anak didik. “Dibantu dengan media saja agar lebih cepat ada aksi itu,” imbuhnya.

Arief menambahkan, penerbitan buku pengayaan untuk tingkat SD, SMP dan SMA memang besar sekali celahnya untuk disalahgunakan serta banyak yang lolos sensor dan tidak ternilai dengan baik karena tingkat komersialisasinya sangat tinggi. Entah dari penulis, penerbit, bagian pemasaran, ataupun percetakan berpotensi untuk menyalahgunakan buku tersebut untuk mendapatkan keuntungan besar.

Oleh karena itu, ujar Arief, perlu ada lembaga kontrol independen yang tidak terkekang birokrasi sebagai tim pemeriksa kelayakan buku tersebut.

Ketua Education Forum Suparman berpendapat, perlu segera ada klarifikasi atas kesalahan konten terhadap buku yang salah edar tersebut. “Penarikan tetap perlu dilakukan,” tegasnya. Pihak yang terkait juga harus memberikan buku pengganti apabila kesalahan yang dibuat sudah parah.

Suparman berpendapat, jika buku yang salah edar itu masih beredar dan digunakan oleh siswa maka akan sangat berpengaruh terhadap pengembangan pengetahuan anak. “Buku kan acuan pendidikan, kalau salah isi akan sangat berbahaya bagi pendidikan,” lugasnya.

Game Resident Evil Terbaru Sedang Dikerjakan

Capcom menyatakan bahwa mereka sedang mengerjakan game terbaru Resident Evil untuk PC, PlayStation 3 dan Xbox 360, yang akan diluncurkan pada musim ini.

"Resident Evil: Operation Racoon City adalah game menembak berbasis tim orang ketiga, di dalam Racoon City yang terkena virus mematikan," ujar pihak Capcom.

Para pengguna akan berperan sebagai tentara Umbrella Security Services yang dikirim ke Racoon City dengan pasukan elit yang bermaksud untuk menghancurkan bukti dan menghabisi orang-orang yang selamat. Demikian seperti yang dikutip dari USA Today, Selasa (29/3/2011).

Game 'Resident Evil: Operation Racoon City' nantinya akan tersedia dalam opsi kooperatif empat pemain dan mode multiplayer.

Resident Evil: Operation Racoon City dikembangkan oleh Slant 6 Games, studio yang juga mengerjakan game 'SOCOM: Tactical Strike'. Slant 6 juga mengerjakan game untuk PS3 berjudul 'SOCOM: Confrontation'.

Selain itu, Capcom juga mengumumkan bahwa game 'Resident Evil: The Mercenaries 3D' juga termasuk demo gratis game Resident Evil Revelations. Game Resident Evil: The Mercenaries 3D ditulis oleh Capcom akan diluncurkan dalam beberapa bulan ke depan.

Capcom belum menentukan tanggal resmi untuk peluncuran game 'Resident Evil: The Mercenaries 3D'. Akan tetapi mereka mengatakan kalau tanggal peluncurannya akan diumumkan di acara Electronic Entertainment Expo bulan Juni nanti.

Game Terlaris Saat Ini 'Guitar Hero III'

National Purchase Diary (NPD) Group merilis daftar 10 game terlaris saat ini, yang mana Guitar Hero III menduduki posisi nomor satu.

Game 'Guitar Hero II: Legends of Rocks' telah meraup keuntungan sebesar USD830,9 juta sejak pertama kali diluncurkan pada 2007. Daftar teratas game terlaris tersebut juga diikuti oleh game Call of Duty: Black Ops dan Wii Fit. Demikian seperti yang dikutip dari USA Today, Selasa (29/3/2011).

Daftar game terlaris yang dikeluarkan oleh NPD Group tersebut didominasi oleh dua penerbit, yaitu Activision dan Nintendo.

Game di luar penerbit Activision dan Nintendo yang masuk di daftar ini adalah 'Rock Band' dari MTV games dan Harmonix Music Systems.

Berikut adalah daftar game terlaris saat ini versi NPD Groups,

1. Guitar Hero III: Legends of Rock
2. Call of Duty: Black Ops
3. Wii Fit
4. Call of Duty: Modern Warfare 2
5. Rock Band
6. Wii Play
7. Guitar Hero World Tour
8. Wii Fit Plus
9. Mario Kart Wii
10. Call of Duty 4: Modern Warfare

Rangking dari game Black Ops cukup impresif, mengingat umur game tersebut masih muda (diluncurkan pada November 2010).

Consumer News and Business Channel (CNBC) melaporkan bahwa game Call of Duty: Black Ops telah meraup keuntungan sebesar USD787,4 juta pada bulan Februari 2011.

Trik Aman Berdamai dengan si Bad Mood

BERURUSAN dengan orang yang sedang dilanda “bad mood” sangatlah tidak mudah. Tak jarang, Anda pun bakal kena semprot akibat “bad mood” yang sedang menyerangnya.

Pernah merasakan “mood” yang tiba-tiba menurun saat rutinitas sedang berlangsung? Tentu sangat tidak enak. Apalagi perasaan yang dirasakan sangat bergejola, tidak stabil dan cenderung sensitif bersinggungan dengan siapapun yang berada di sekitar Anda.

Nah, sekarang bagaimana jika kondisinya berbalik. Anda yang berhubungan dengan orang yang sedang dilanda “bad mood” tersebut. Pasti sangat mengesalkan. Tapi tak perlu pesimis dulu, dengan sedikit trik Anda bisa selamat dari amukan amarahnya. Sheknows membagi tipnya untuk Anda.

Tinggalkan dia sendiri

Ketika Anda sedang dalam suasana hati yang buruk, kemungkinan besar Anda merasa seperti tidak ingin bersinggungan dengan orang di sekitar Anda sementara waktu. Nah, sama halnya ketika serangan tersebut sedang melanda pasangan. Jadi ketika dia sedang terserang bad mood, berikan dia ruang lebih untuk menstabilkan mood-nya terlebih dulu. Dalam keadaan tak stabil tersebut, dia memerlukan waktu untuk seorang diri sebelum akhirnya memulai kembali perbincangan dengan Anda.

Jangan memulai perseteruan


Kuncinya, Anda hanya perlu melakukan hal terbaik dengan menunggu mood-nya stabil kembali sehingga tidak mengganggu Anda. Jadi, kalau biasanya Anda mengomel setiap hari untuk hal yang sepele, seperti  tentang tradisi membuang sampah atau menyuruhnya untuk menelpon sang mama pada hari ulang tahunnya, maka untuk sementara waktu jangan dulu libatkan dirinya dalam kebiasaan tersebut. Tahan keinginan untuk berbincang dengannya sementara waktu sampai dia merasa lebih baik.

Jangan tersinggung

Jangan menganggap bahwa suasana hati buruk yang sedang melanda pasangan Anda adalah representasi kekesalan nyata terhadap kesalahan Anda. Jangan mengambil hati atas kalimat kasar yang tertuju pada Anda. Dalam suasana hati yang tidak stabil, tentu perkataan yang terlontar cenderung kasar. Karenanya, jangan pernah tersinggung atas apa yang dilontarkannya pada Anda. Itu hanyalah pengaruh dari ketidakstabilan emosi yang sedang membelenggu hatinya. Sebaiknya jangan pula memaksa dirinya untuk bercerita tentang penyebab suasana buruk di hatinya. Jadi, biarkan dirinya balik ke titik normal terlebih dahulu dan kemudian dia berinisiatif membagi cerita dengan Anda.

Orang Religius Cenderung Gemuk

SEBUAH studi baru yang disajikan pekan ini menunjukkan hubungan antara kegiatan keagamaan dan berat badan. Orang taat beragama cenderung menjadi gemuk.

Studi yang dilakukan oleh para peneliti di Northwestern University menemukan bahwa orang dewasa muda yang sering menghadiri kegiatan keagamaan cenderung jauh lebih gemuk daripada mereka yang tidak.

"Temuan utama kami adalah bahwa orang-orang dewasa muda dengan partisipasi tinggi pada kegiatan keagamaan 50 persen cenderung menjadi gemuk pada usia pertengahan (30-an) dibandingkan mereka yang tidak berpartisipasi pada usia yang sama," kata Matthew Feinstein, peneliti utama studi yang merupakan seorang mahasiswa kedokteran tahun keempat di Northwestern University Feinberg School of Medicine.

"Hal tersebut benar adanya bahkan setelah kami sesuaikan dengan variabel, seperti usia, ras, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dan nilai indeks massa tubuh," tambahnya, seperti dilansir dari MSN, Selasa (29/3/2011).

Studi—yang dipresentasikan pada pertemuan American Hearth Association—diikuti 2.433 pria dan wanita usia 20-32 selama 18 tahun. Semua subjek penelitian memiliki berat badan normal pada awal penelitian.

Pada akhirnya, seperti telah disimpulkan, mereka yang telah menghadiri kegiatan agama setidaknya sekali sepekan lebih cenderung menjadi gemuk, dengan indeks massa tubuh 30 poin atau lebih tinggi.

Penelitian sebelumnya oleh Northwestern Medicine telah menemukan korelasi antara partisipasi dalam kegiatan keagamaan dengan obesitas pada usia pertengahan dan manula.

Membiarkan 'Jendela Dunia' yang Mulai Tertutup

PEPATAH menyebutkan bahwa buku adalah jendela dunia. Siapa saja yang akrab bergaul dengan buku tentu dengan mudah mengenal dunia. Salah satu tempat yang paling tepat untuk merawat buku dengan baik tentunya adalah perpustakaan.

Di sana merupakan gudang ilmu yang kaya akan pengetahuan serta pusat peradaban dunia. Namun bagaimana jadinya jika perpustakaan tak mampu lagi merawat buku? Bagaimana bisa setiap generasi penerus melihat dan mengetahui warisan dunia?

Itulah yang terjadi pada nasib Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin. Salah satu tempat yang memiliki banyak ‘jendela dunia’ itu kini hampir musnah. Sejak tersiar kabar bahwa perpustakaan yang menyimpan puluhan ribu karya sastra itu terancam tutup. Penyebabnya, karena tak ada dana operasional. Kok bisa? Aneh tapi nyata, keberadaan PDS HB Yasin kini seolah memang dilupakan. Padahal, PDS HB Jassin merupakan salah satu pusat karya sastra terlengkap di Indonesia.

Perhatian pemerintah provinsi DKI Jakarta yang terlalu disibukkan dengan berbagai persoalan Ibu Kota yang membludak, membuat PDS HB Jassin semakin terlihat kecil menyempil di tengah segudang polemik Jakarta. Sampai–sampai masalah dana menjadi momok yang selalu terjadi di perpustakaan sastra tersebut.

Bayangkan, untuk menggaji karyawan saja tak bisa, apalagi harus belanja buku ataupun merawat buku. Sistem dokumentasinya saja masih purba. Disusun dengan sistem digital? Sepertinya hanya mimpi. Nasib merana itu harus menimpa sebuah perpustakaan sastra yang didirikan oleh kritikus HB Jassin yang mendedikasikan hidupnya untuk dunia sastra. Maka tak heran, dia digelari sebagai Paus Sastra Indonesia. Tapi, apa gerangan yang terjadi, semua jerih-payahnya seolah-olah dilupakan.

Sekaliber PDS HB Jassin yang menyimpan kekayaan sastra Nusantara nyaris ditutup apalagi perpustakaan biasa yang dikelola alakadarnya. Mungkin sudah menjadi onggokan ruang dengan tumpukan buku usang yang berdebu.  Dengan keadaan seperti itu, salah satu uluran tangan ditawarkan oleh perguruan tinggi negeri Universitas Indonesia (UI). Dengan senang hati, UI bersedia merangkul PDS HB Jassin terutama untuk melengkapi koleksi buku pada perpustakaan UI yang kini tengah dibangun dan diklaim sebagai salah satu perpustakaan terbesar dan terindah se–dunia.

“PDS itu penting bagi bangsa dan negara, karena itu UI berminat. Kebetulan di UI tengah membangun perpustakaan terbesar di dunia seluas 33 ribu meter persegi. Ada dua strategi mengatasi hal ini, pusat dokumentasai ini harus disahkan atau diakses dan dipergunakan masyarakat secara keseluruhan yang mencintai sastra Indonesia. Dijadikan bahan–bahan digitalisasi dengan akses yang tidak terbatas,” ujar Rektor UI Gumilar R Somantri kepada okezone, baru-baru ini.

Caranya, kata Gumilar, dengan memindahkan material atau koleksi sastra yang ada di PDS HB Yasin ke Perpustakaan UI. Bahkan Gumilar memiliki niat mulia untuk membuat pusat sastra HB Jassin di dalam perpustakaan UI. “Tak hanya koleksi buku yang saling melengkapi, nantinya kami akan membuat corner atau pusat sastra HB Jassin di Perpustakaan UI yang pertengahan tahun ini akan diresmikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,” jelas mantan Dekan FISIP UI itu.

Gumilar meyakinkan bahwa UI memiliki Information Communication Technology (ICT) yang kuat dan cepat untuk mendigitalisasi karya sastra yang ada di PDS HB Jassin. Tak hanya itu, lanjutnya, jika dokumentasi PDS HB Yasin dipindahkan ke UI seluruh pemanfaatan akan lebih jelas bagi civitas akademisi yang membutuhkan karya sastra.
“Pemanfaatannya jelas, apalagi UI ada Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Budaya (FIB), ini kan library terbuka yang boleh didatangi oleh masyarakat luas, tak hanya dalam bentuk hard copy, kami juga akan bentuk digitalisasi,” paparnya.

Permasalahannya, UI enggan merangkul PDS HB Jassin jika diikutsertakan dengan pegawai yang mengelola pusat sastra tersebut. UI menawarkan pilihan bagi Pemprov DKI Jakarta untuk membantu dana operasional gaji karyawan PDS HB Yasin jika tetap akan dipindahkan ke UI. “Karena itu karyawannya dari UI saja, karena kita juga agak berat kalau harus menanggung semua. Kalau mau DKI tetap harus membantu dari segi pendanaan,” tegas Gumilar.

Rencana UI ini bukan pepesan kosong. Kepala Perpustakaan UI Lucky Wijayanti mengaku sudah menjalin pembicaraan dengan pihak Pemprov DKI Jakarta. Menurut Lucky, yang dilakukan UI hanyalah menyelamatkan karya sastra bagi bangsa dan negara. “Kami sudah menawarkan agar menjadikan karya sastra di PDS HB Yasin untuk didigitalisasi oleh UI, sambil menunggu audiensi dengan Pemprov DKI. Kalau tak boleh dokumentasi, kami akan lakukan digitalisasi,” kata Lucky.

Pihaknya, kata Lucky, sudah menyiapkan ruang seluas 500 meter persegi khusus untuk dokumentasi PDS HB Yasin di Perpustakaan UI. Menurutnya,masih banyak masyarakat yang menyadari dan peduli terhadap pentingnya karya sastra sebagai kekayaan budaya. “Setidaknya masyarakat kita masih banyak yang lebih senang dengan karya local content, yakni khas Indonesia, inilah yang harus diselamatkan,” tandas Lucky.

Namun Budayawan JJ Rizal yang juga pengurus di yayasan PDS HB Jassin sebagai sekretaris, menolak tawaran UI ini. Ia tidak percaya UI mampu mengelola dan merawat karya sastra yang bernilai berlian. “PDS HB Jassin adalah situs sejarah, tak bisa dipindah–pindah, sudah di situ letaknya. Kalau memang UI mau copy data secara digital itu adalah hal yang terlambat. Mahasiswa Malaysia sudah melakukan itu. Intinya kalau tak ada dana dari pemerintah, kami tak punya pilihan lain selain menutup PDS HB Jassin,” tegasnya.

Karena itu, jika pemerintah masih mempunyai rasa memiliki dan tidak melupakan PDS HB Yasin, pasti gudang sastra nasional itu akan kembali bernapas.

Dari PDS HB Jassin, Koin Sastra & Minat Baca

MUNGKIN belum banyak yang tahu 17 Mei dicanangkan sebagai Hari Buku Nasional oleh pemerintah delapan tahun silam. Tujuannya tak lain adalah untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia yang terbilang masih rendah. Lagi-lagi disayangkan karena hanya mengedepankan simbolisasi tanpa ada upaya konkret yang konsisten, hasinya pun masih jauh api dari panggang.

Hasil survei lima tahunan dari Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) benar-benar membuat kita mengurut dada. Pasalnya, survei yang melibatkan siswa SD itu, hanya menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian.

Kemudian dalam penelitian Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan oleh UNDP untuk melek huruf pada 2002 juga menempatkan Indonesia pada posisi 110 dari 173 negara. Posisi tersebut kemudian turun satu tingkat menjadi 111 di tahun 2009. Kecenderungan ini sepertinya akan terus menurun karena tidak ada perubahan yang radikal dari pemerintah untuk menggenjot minat baca masyarakat, terutama di kalangan anak-anak.

Salah satu bukti, kurang diperhatikannya perpustakaan yang dimiliki pemerintah terutama di daerah. Pengelolaan perpustakaan daerah dilakukan ala kadarnya, sehingga tidak mampu mengimbangi tuntutan zaman. Padahal perpustakaan menjadi tempat alternatif untuk menyuburkan benih minat baca masyarakat khususnya generasi muda.  Sebab itu, kemelut yang melanda Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin setidaknya menyadarkan semua pihak terlutama pemerintah agar tidak mengabaikan buku dan perpustakaan.

Isnain (51), staf bidang sirkulasi dan kliping yang telah bekerja 20 tahun di PDS JB Jassin menuturkan keprihatinan terhadap kondisi tempatnya bekerja. Untuk menghemat biaya agar pusat dokumentasi ini tetap berjalan dan melayani masyarakat, pengelola PDS HB Jassin harus mematikan pendingin udara pada saat pulang kerja.

Hal ini justru membuat ruangan koleksi karya sastra tersebut menjadi lembab dan mempercepat kerusakan kertas. "Padahal untuk menjaga dokumen-dokumen yang ada di sini kondisi ruangan harus tetap dingin agar kertas-kertasnya bisa awet. Kalau AC dimatikan dan dihidupkan lagi ruangan bisa menjadi lembab, sehingga bisa mempercepat perusakan pada kertas-kertas tersebut," papar Isnain.

Meski bekerja dalam kondisi demikian dan gaji pas-pasan, dia tetap semangat dan optimis PDS JB Jassin tidak akan tutup. Pasalnya, selain sering dikunjungi para peneliti mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga wisatawan asing, dia mengaku senang melayani pengunjung dan mengabdi di PDS HB Jassin.

"Yang menguatkan semangat untuk mengabdi di sini karena bisa menuangkan hobi dan kreativitas kami, seperti mengkliping sastra dari berbagai media dan karya, buku. Selain itu, bekerja di sini juga menambah wawasan karena leluasa membaca berbagai macam tulisan, karya, dan informasi mulai dari tahun 1920-an hingga sekarang," tutur Isnain.

Sementara itu Koalisi Perpustakaan dan Pustakawan Indonesia juga meminta Provinsi DKI Jakarta, Perpustakaan Nasional, dan Kementerian Pendidikan Nasional menyelamatkan keberadaan PDS HB Jassin. "Kami meminta agar pihak terkait berkewajiban mengelola Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin sesuai dengan standar perpustakaan yang berlaku," demikian melaui siaran pers yang dirilis di Jakarta.

Koalisi Perpustakaan dan Pustakawan Indonesia menolak PDS HB Jassin menjadi alat politik ormas atau partai tertentu untuk kepentingan politik. Selain itu, minta kepada para pustakawan atau program studi ilmu perpustakaan untuk membantu tenaga dan pikirannya agar dapat menyelamatkan koleksi PDS HB Jassin.

Adapun munculnya gerakan koin sastra yang dimotori para pecinta sastra dan aktivis mahasiwa di sejumlah kampus, menjadi tamparan keras bagi pemerintah yang lalai terhadap tanggung jawab dalam meningkatkan minat baca masyarakat dengan membangun dan mengembangkan infrastruktur perpustakaan. Dua kejadian ini seyogianya menjadi pintu untuk memperbaiki kondisi perpustakaan tak hanya di PDS HB Jassin, melainkan seluruh perpustakaan umum yang dikelola oleh pemerintah.

“Begitulah, tuan dan puan. Setelah bom buku, kini pemerintah kita menelantarkan buku.” Sindiran ini diutarakan Arlian Buana, mahasiswa Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN saat menggelak aski koin sastra, beberapa waktu yang lalu. “Mempertahankan PDS HB Jassin, berarti mempertahankan bagian sejarah dan kebudayaan bangsa,” tukas dia.

Dalam kaitan ini, pemerintah diminta jangan sebelah mata terhadap pendokumentasian karya sastra yang dianggap tidak banyak memberikan keuntungan. Nilai karya sasta tidak bisa dibeli atau diukur dengan uang. Karya sastra merupakan warisan budaya yang tak ternilai.

Arventa Aprilia, mahasiswi semester 6 jurusan Ilmu komunikasi Satya Negara Indonesia (Usni) pun meminta pemerintah segera mengambil tindakan konkret untuk menyelematkan aset PDS HB Jassin.  “Ya, sayang aja pemerintah mengurangi dana untuk PDS HB Jassin. Soalnya biar gimana pun itu kan aset negara," ujarnya kepada okezone.

Senada diungkapan Abdul Ghofur, mahasiswa Usni lainnya. “Saya dukung gerakan mahasiswa untuk mengumpulkan koin. Dengan cara ini berharap pemerintah tersadar kalau masih banyak yang peduli dengan keberadaan perpustakaan tersebut. Pemerintah harus membantu, berikan subsidi yang layak ke PDS HB Jassin daripada memberikan fasilitas lebih untuk anggota dewan. Lebih baik untuk kemajuan dan perawatan perpustakaan aja.”

Aya, mahasiswa UIN jurusan tarbiyah mengungkapkan hal yang sama. “Itu menunjukkan pemerintah enggak punya perhatian sama peningkatan mutu. Udah minat baca masyarakat rendah, sosialisasi tentang perpustakaan kurang, terus sekarang perpusnya mau ditutup. Waduh waduh.....”

PDS HB Jassin & Perpus UI, Bagai Langit dan Bumi

SEBAGAI tempat yang menyimpan banyak ‘jendela dunia’, perpustakaan seharusnya menjadi tempat yang amat bernilai harganya. Tentu kita tak boleh menyia –nyiakan ilmu pengetahuan yang banyak tertulis di setiap buku yang menjadi nyawa dari perpustakaan.

Kapan terakhir kali Anda pergi ke perpustakaan? Mungkin sebagian besar adalah pada saat mengenyam studi di perguruan tinggi. Itupun karena harus memenuhi tugas kuliah saja atau menjelang ujian. Perpustakaan sejatinya menjadi pusat peradaban dunia karena merupakan gudang ilmu pengetahuan. Karena itu, memerlukan ahli pustaka dan tentunya dana yang cukup untuk merawat buku dan mendokumentasikannya dengan baik agar bermanfaat bagi generasi penerus.

Kalau tak ada dana, apakah perpustakaan bisa bertahan? Tentu saja tidak, hal itulah yang kini sedang terjadi pada Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin yang terancam ditutup karena tak memperoleh dana yang cukup dari pemerintah. Menurut pihak PDS HB Jassin, dana yang didapat tahun 2011 dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hanya Rp 50 juta.

Itulah yang membuat mereka tak bisa memenuhi biaya operasional seperti membayar gaji karyawan, merawat 50 ribu karya sastra, hingga belanja buku. Lalu bagaimana jika kita bandingkan dengan obsesi Rektor Universitas Indonesia (UI) Gumilar R Somantri dalam membangun perpustakaan terbesar di dunia?

Sungguh perbedaan yang sangat timpang, baik dari segi biaya, semangat, hingga sarana prasarana dan fisik gedung, serta sistem digitalisasi yang sama sekali tidak ditemukan di PDS HB Jassin. Memang betul, perpustakaan yang diklaim sebagai salah satu perpustakaan termegah dan tercantik di dunia itu saat ini masih dibangun. Namun tak lama lagi perpustakaan UI yang megah itu akan dapat dinikmati oleh para pecinta buku dari kalangan manapun.

“Saat ini perpustakaan UI sudah masuk tahap akhir design interior, hanya tinggal menyelesaikan urusan kontrak dengan para tenant yang akan menyewa di lantai dasar. Nantinya akan ada toko buku, bank, hingga kafe yang sangat nyaman. Juga ada meeting point atau ruang serba guna,” ujar Rektor UI Gumilar R Somantri kepada okezone, baru-baru ini.

Gumilar menambahkan, peresmian perpustakaan tersebut bahkan akan dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kelebihan lainnya, tutur Gumilar, perpustakaan tersebut adalah yang terbesar yakni seluas 33 ribu meter persegi. “Kami pakai sistem digitalisasi, jadi mahasiswa dari Surabaya ataupun dari luar negeri, tetap bisa membaca dokumen di perpustakaan kami. Tinggal cari katalognya, tak hanya original material, tentunya digital material, terdiri dari delapan lantai,” jelas Gumilar.

Perpustakaan UI diandalkan akan menjadi jantung akademik kegiatan perguruan tinggi yang memiliki tanggung jawab sebagai wadah untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan pengembangan ilmu. Bayangkan saja, dana yang digelontorkan untuk pembangunan perpustakaan UI saja mencapai Rp200 miliar, belum lagi dana perawatan buku nantinya. Sangat timpang jika dibandingkan dengan dana yang diperoleh oleh PDS HB Jassin yang hanya Rp50 juta per tahun.

Uniknya lagi, sebagian dari kebutuhan energi menggunakan sumber energi matahari. Jadi sebuah perpustakaan megah yang hemat energi dan air. Selain itu, gedung ini juga bebas dari asap rokok dan mewajibkan pengunjung untuk menggunakan sepeda atau berjalan kaki. “Kami ingin menghadirkan suasana yang ramah lingkungan. Kami tidak akan menebang pohon-pohon besar yang diameternya mencapai satu meter. Perpustakaan tersebut menampung hingga 6 juta buku dengan kapasitas 20.000 pengunjung setiap harinya, dengan masing-masing lantai seluas 6 ribu m2,” kata Gumilar.

Keunikan lain, terdapat berbagai huruf aksara dari seluruh dunia yang akan ditulis di kaca gedung sebagai dinding. Perpustakaan akan dilengkapi sistem ICT mutakhir yang menungkinkan pengunjung menikmati secara leluasa sumber informasi elektronik seperti e-book, e-journal.

Mengenai alokasi dana, UI mendapat bantuan pendidikan negara serta dibantu oleh BNI 46. Lalu mengapa negara seolah sulit melakukan hal yang sama dengan PDS HB Yasin seperti halnya dengan perpustakaan UI? Padahal disana banyak tersimpan puluhan ribu karya sastra yang begitu bernilai.

Budayawan JJ Rizal yang juga Sekretaris Yayasan PDS HB Yasin memastikan jika tak ada gelontoran dana yang cukup dari pemerintah provinsi DKI Jakarta, tak ada pilihan lain bagi pengurus untuk menutup PDS HB Jassin. Mereka juga tak mau menerima uluran tangan keprihatinan dari sejumlah pihak yang hanya bermuatan politis. “Kami tak ingin dipindahkan, kami juga tak ingin dokumentasi karya sastra di PDS HB Jassin dipindahkan ke tempat lain. Kalau tak ada dana, kami tetap akan menutup, dan belum ada bantuan dari orang yang benar tulus karena cinta terhadap karya sastra,” tandas JJ Rizal.

Ketua Dewan Pembina Yayasan HB Jassin, Ajip Rosidi mengatakan, PDS HB Jassin bisa beroperi dengan baik bila mendapat kucuran dana sedikitnya Rp 1 miliar per tahun. Jika dana yang disediakan masih sama dengan tahun 2010, maka pihak yayasan tidak akan mampu meneruskan pengelolaan PDS HB Jassin.

"Jika tahun 2011 hanya disediakan dana Rp 50 juta, sangat mengejutkan kami, dan itu berarti PDS HB Jassin harus ditutup. PDS HB Jassin bisa berjalan lagi kalau dana yang disediakan paling tidak Rp 1 miliar setahun," kata Ajip dalam jumpa pers, beberapa waktu yang lalu.

PDS HB Jassin ini dimulai sebagai dokumentasi pribadi HB Jassin, sang tokoh sastra yang dijuluki sebagai Paus Sastra Indonesia. Jassin menggeluti pendokumentasian sastra ini dengan dana dan tenaga yang serba terbatas sejak ia mengembangkan minatnya akan dunia sastra dan pustaka pada tahun 1930-an, ketika usianya belum lagi 30 tahun.

Dokumentasinya ini menggugah perhatian Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin yang akhirnya turun tangan untuk ikut memelihara kelestariannya agar dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Karena itulah Ali Sadikin kemudian memberikan tempat kepada HB Jassin di salah satu gedung yang terdapat di Taman Ismail Marzuki sebagai lokasi Pusat Dokumentasi ini.

Yayasan Dokumentasi Sastra HB Jassin didirikan pada 28 Juni 1976. Sejak tahun anggaran 1977/1978, Pemerintah Daerah DKI Jakarta memberikan subsidi kepada yayasan ini yang kemudian berganti nama menjadi Pusat Dokumentasi Sastra. Sementara itu, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan juga ikut mendukung pembiayaan lembaga ini tahun anggaran l983/l984. Ada pula sumbangan-sumbangan lain dari para donatur tidak tetap.

Pada Mei 2006, pusat dokumentasi ini mempunyai koleksi sebanyak 48.876 dalam bentuk buku-buku fiksi, non-fiksi, naskah drama, biografi dan foto-foto pengarang, kliping, makalah, skripsi, disertasi, rekaman suara, dan rekaman video. Di sini disimpan pula sejumlah surat pribadi dari berbagai kalangan seniman dan sastrawan, seperti NH Dini, Ayip Rosidi, dan Iwan Simatupang.

PDS HB Jassin memberikan pelayanan kepada para pengunjung perpustakaan dan siapa saja yang ingin mencari informasi yang terkait dengan dunia sastra, baik para guru, mahasiswa, sastrawan, di luar Jakarta yang sedang mengerjakan skripsi ataupun disertasi.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More