Kamis, 31 Maret 2011

Pendidikan Kewirausahaan Baru Sebatas Konsep

Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi probem klasik yang dihadapi bangsa ini. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya jumlah wirausahawan yang hanya 0,24% dari total jumlah penduduk Indonesia. Jumlah itu termasuk sangat rendah jika dibandingkan Negara maju seperti Amerika yang memiliki wirausahawan sekitar 11% dan Singapura sebanyak 7% dari jumlah penduduknya.

Rendahnya kemauan berwirausaha mengakibatkan rendah pula tingkat kesejahteraan dan keterbatasan kesempatan kerja. Untuk itu, transformasi pendidikan kewirausahaan terutama pada pendidikan tingkat lanjutan dan tinggi sangat penting untuk segera dilakukan.

Hal itu diungkapkan Direktur Program Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Heru Kurnianto Tjahjono dalam Seminar Kewirausahaan yang diselenggarakan Keluarga Alumni MM UMY di lingkungan Balai Latihan Pendidikan Teknik, provinsi DIY, Rabu (30/3/2011).

Seminar ini terselenggara berkat kerja sama dengan BLPT Provinsi DIY dan didukung program studi MM UMY. Hadir pula sebagai pembicara dalam acara ini Untung Sukaryadi, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY dan Kepala BLPT Bambang Budi Sulistyo.


Heru dalam uraiannya menekankan pentingnya pendidikan kewirausahaan dalam dunia pendidikan. Berdasar riset yang ia lakukan, konsep pendidikan kewirausahaan dalam dunia pendidikan masih sebagai konsep pelengkap sehingga kewirausahaan masih saja berkutat pada konteks pengetahuan dan hanya sedikit keterampilan.

Heru lebih lanjut menegaskan bahwa perubahan dalam pendidikan wirausaha harus segera diwujudkan. “Transformasi pendidikan kewirausahaan harus segera diwujudkan dalam mewujudkan pemahaman konsep (knowledge), peningkatan keterampilan (skill) dan perubahan perilaku (attitude). Output dari pendidikan kewirausahaan adalah sikap mental untuk memulai berwirausaha” ungkapnya.

Sementara itu, Untung Sukaryadi, memaparkan ada beberapa permasalahan pokok yang kini dihadapi dunia ketenagakerjaan. Salah satunya adalah, belum adanya link and match antara sistem pendidikan nasional dan sistem ketenagakerjaan nasional. Selain itu kurangnya pendidikan kewirausahaan (enterpreneurship) bagi angkatan kerja mengakibatkan kesempatan kerja belum bisa terbuka luas. Ditambah lagi kesempatan kerja di luar negeri  (labour skill) banyak yang belum terisi karena minimnya kompetensi calon tenaga kerja.

Di DIY sendiri, masih menurut Untung, tingkat pengangguran masih relatif tinggi. Hal itu disebabkan oleh rendahnya keterbatasan kerja. Data tahun 2010 menunjukkan di Propinsi DIY terdapat 122.225 orang penganggur atau sekitar 6,48% jumlah penduduk dan sekitar 7,19% atau 11.910 orang adalah yang berpendidikan tinggi.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More