Kamis, 31 Maret 2011

Universitas Peking akan Menyaring Mahasiswa dengan Pemikiran Radikal

Kampus paling bergengsi di China, Universitas Peking berencana melaksanakan program kontroversial. Program ini berupa konsultasi untuk ‘mahasiswa yang dianggap bermasalah’.

Ada 10 indikator yang dimaksud mahasiswa bermasalah, di antaranya yang memiliki pemikiran radikal. Selain itu, mahasiswa bermasalah adalah yang memiliki prestasi akademik buruk, kecanduan internet, berasal dari keluarga miskin, serta mengidap penyakit parah.

Wakil Direktur Departemen Mahasiswa Universitas Peking Zha Jing menyatakan, mahasiswa dengan ‘pemikiran radikal’ adalah yang kritis terhadap manajemen universitas.

“Misalnya, mahasiswa yang mengkritik universitas hanya karena harga makanan di kantin dinaikkan sebesar 2 jiao (3 sen),” jelas Zha, seperti dikutip dari Chinadaily, Kamis (31/3/2011).

Namun Zha menegaskan, fokus konsultasi adalah mahasiswa yang sering gagal ujian atau sulit mengikuti pelajaran.

“Kami akan mencoba menemukan alasan mahasiswa yang nilainya buruk, sehingga kami bisa membantu mereka menyelesaikan program studi," kata Zha.

Menurut Zha, universitas tidak akan menghukum atau mengontrol mahasiswanya tapi hanya ingin ‘menciptakan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan yang sehat’. 

 

Program ini telah diuji coba pada November tahun lalu di beberapa bagian Universitas Peking seperti Yuanpei College dan Health Science Center. Saat ini, sebanyak 10 mahasiswa dari Yuanpei College telah terdaftar dalam program konsultasi. Jika uji coba berjalan lancar, diharapkan program ini bisa diadopsi di seluruh departemen Universitas Peking pada Mei tahun ini.

Kebijakan ini menimbulkan perdebatan di masyarakat. Menurut Wakil Direktur Lembaga Penelitian Pendidikan Berbasis Abad 21 yang berbasis di Beijing, Xiong Bingqi, tidak ada lembaga pendidikan yang berhak merampas kebebasan berpikir atau berbicara para pelajarnya.

“Universitas adalah tempat untuk menumbuhkan kepribadian dan pikiran mandiri, jadi benar-benar salah jika Universitas Peking campur tangan dalam kebebasan siswa untuk mengekspresikan pendapat mereka," kata Xiong.

Seorang mahasiswa baru Universitas Peking bermarga Yang mengaku ragu atas dampak dari program ini.

“Saya tidak percaya, Anda dapat meningkatkan prestasi akademis mahasiswa atau mengubah kepribadian seseorang dengan cara berbicara," kata Yang.

Namun, Sun Dianjianyi, mahasiswa tahun pertama di Universitas Health Science Center menyambut baik kebijakan baru ini. Menurutnya, kebanyakan sarjana yang lahir pada era 90-an, terlalu egois.

“Ini merupakan cara yang baik agar emosi mereka semakin matang dan mengajar mereka cara bergaul dengan teman sekelas dan terjun ke dalam masyarakat,” jelasnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More