Oleh Sigit Purnama,
Daya tarik lembaga-lembaga donor seperti IMF dan Bank Dunia tersebut betul-betul membelenggu intelektual atau ekonom
Meskipun lebih dari 43 tahun
Bahkan, pascakrisis ekonomi 1998, di mana bangsa ini sangat getol menerapkan ekonomi pasar, kondisi perekonomian justru makin memburuk. Pelan tapi pasti, satu per satu sumber daya alam dan aset yang dimiliki rakyat
Ekonom-ekonom neoliberal menganggap hal ini sebagai proses biasa sebagai bagian dari globalisasi dan liberalisasi ekonomi. Kenapa pertanyaan yang sama tidak mereka ajukan kepada Amerika Serikat (AS) yang menjadi panutan dan suri teladan ekonom kapitalis.
Kita tidak bisa membayangkan betapa besar kemarahan rakyat AS jika perusahaan-perusaha an keuangan, seperti Citigroup, JP Morgans, dan lain-lain, karena nyaris bangkrut dibeli oleh China. Analogi yang sama juga terjadi di
Pertarungan Kedaulatan
Ekonom Tim Indonesia Bangkit Iman Sugema menyatakan, pada kenyataannya ekonomi pasar yang diterapkan di Indonesia justru menghasilkan 5K, yakni kesengsaraan, kesenjangan, kemunduran, ketergantungan, dan kerentanan. Siapa pun presiden yang berkuasa bukan merupakan jawaban untuk mengatasi kesemrawutan pengelolaan ekonomi di
Ekonom Universitas Gadjah Mada Revrisond Baswir menyatakan, apa yang terjadi saat ini bukan saja pertarungan ideologi pemikiran antara ekonomi neoliberal produk AS melawan ekonomi konstitusi produk para founding father’s, tetapi sudah berada pada pertarungan kedaulatan.
Sektor energi, perbankan, air, dan telekomunikasi mayoritas telah dikuasai oleh asing. Dan para pembuat kebijakan ekonomi amat puas jika anak bangsa ini hanya dijadikan kaum pekerja. Padahal, menjadi pekerja dan bukan pemilik merupakan penghinaan besar terhadap harga diri dan potensi bangsa
Ekonom UI M Chatib Basri dalam sidang di Mahkamah Konstitusi (MK) beberapa waktu lalu menyatakan kepada para ekonom pengkritik pemerintah sebagai ekonom yang berpikiran sempit dan picik.
“Kantongi dahulu nasionalismemu”, begitu dengan lantang ia berucap. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya dosis obat bius yang telah disuntikkan berbagai text book Fakultas Ekonomi produk neoliberalisme. Tidak ada tempat lagi bagi nasionalisme dan kedaulatan ekonomi di tengah terang benderangnya arus globalisasi. Begitulah keyakinan para ekonom yang saat ini mengelola perekonomian bangsa.
Salah Kaprah
Ichsanudin Noorsy selaku pengusung ekonomi konstitusi atau ekonomi yang mendasarkan pada warisan para pendiri negara, yakin bahwa ekonomi pasar bebas merupakan jawaban kegagalan pembangunan ekonomi
Barrack Obama dengan lantang membuat kebijakan-kebijakan ekonomi yang melindungi kepentingan nasional, meski harus menabrak prinsip-prinsip pasar bebas sekalipun. Hal ini terlihat dari slogan-slogan agar membeli produk AS, menyelamatkan sektor-sektor perekonomian strategis dari kebangkrutan, dan kebijakan proteksi lainnya.
Namun di sisi lain, hal itu sama sekali tidak menggugah sedikit pun hati para ekonom yang mengelola perekonomian
0 komentar:
Posting Komentar