Selasa, 27 Oktober 2009

My Stories

Bermula dari sebuah perkenalan yang kian hari semakin dekat sampai munculah perasaan cinta yang tumbuh dengan sendirinya pada diriku ini. Mungkinkah Karena kita sering bertemu ataukah perasaanku yang selalu ingin dekat denganmu. Dari seraut wajah yang berparas cantik terlukislah bayanganmu yang selalu membayangi di setiap langkahku. Biaralah hati ini berkata untuk mencurahkan segala isi yang sudah lama ingin ku ungkapkan kembali, ungkapan cinta yang tercoret dalam surat ini. Entah apa dan bagaimana jawabanya, aku siap menerimanya walau sakit akhirnya. Aku akui diri ini tak berani mengungkapkan secara langsung pada dirimu, Karena hati terbelenggu oleh keraguan yang membuatku sulit untuk berkata.

I laik you dari apadanya diri kamu, sudah lama aku ingin menjalin kisah cinta bersamamu untuk melukiskan kenangan terindah yang tak terlupakan, bila suatu saat nanti kau mau menerima cinta yang tulus dari hatiku. Dari sorot matamu yang membuat seberkas cahaya yang memancarkan pesona dari diri kamu yang membuatku tak sanggup melupakanmu.

Hari demi hariku selalu gelisah melihat bayangan dirimu yang selalu hadir dalam setiap angan anganku, biarlah siang dan malam bergantian dan biarlah bulan dan bintang bersinar dan walaupun awan menjadi gelap, wajahmu selalu terang dalam anganku dan setiap kata yang terucap dari bibirmu membuat jantungku berdetak kencang, seakan tak kuasa menantikan gejolak jiwa.

Di dalam kelam malam sepi ku melamar kerinduan

Yang tak terbatas ingatanku terhadapmu

Hanya dengan sebuah senyuman aku bisa terpatri

Dan dengan satu harapan mengidamkan dirimu

Yang pasti hanyalah tuhan yang tahu terpancarnya kalimah kalimah

Sakti yang berakhir dengan janji janji

Andai aku diberi emas permata pasti ku pilih senyumanmu

Andai ku punya mahligai indah pasti ku hadirkan untukmu

Di dalam berjuta juta bintang berkelipan

Kau bagaikan bintang kejora

Dan diantara ribuan mata yang menikam

Tak kan kubiarkan kau tenggelam

Ingin rasanya ku memilikimu

Cendawan akrab sesegar pagi nan permai damaikan. Aku bagaikan sibuta yang hanya bisa menangankan hidupmu dan hanya bisa menjamahi hari hari mimpiku bersamamu dan kusendiripun hanya bisa meratapi sekalingan sengsara yang menelan sisa pahit maung madah sang pujangga.


0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More