Kamis, 07 April 2011

Peneliti: Berenang di Kuta Bisa Berakibat Iritasi


Tercemarnya Pantai Kuta dibenarkan peneliti dari Laboratorium Balai Karantina Ikan Ngurah Rai, Bali, Drh Putu Eka Sudaryatma. Bahkan, dia menyebut berenang di Kuta bisa berakibat iritasi dan gatal-gatal.

Hal itu terjadi kepada orang yang memiliki kulit yang sensitif. Sebagaimana dikatakan Sudaryatma saat berbincang dengan Okezone melalui telepon, Kamis (7/4/2011).

Sudaryatma mengatakan hal itu terjadi disebabkan banyaknya plankton laut mati dan mengakibatkan pencemaran. Kematian flora laut itu disebabkan terjadinya cuaca ekstreem. Seperti awal Maret lalu, air laut berubah menjadi coklat dan planton laut membusuk.

Menurut peneliti Laboratorium Balai Karantina Ikan Ngurah Rai Bali, Drh Putu Eka Sudaryatma, Pantai Kuta memang pernah tercemar bakteri saat terjadi cuaca panas atau hujan secara ekstrim.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan mengambil sampel air pantai yang nampak keruh berwarna coklat. Dia menyebut air tersebut telah tercemar akibat bakteri. "Sejak tanggal 1 sampai 4 Maret lalu, dari hasil uji laboratorium air Pantai Kuta mengarah tercemar bakteri," kata Sudaryatma.
Berubahnya warna coklat setelah dilakukan untuk mengetahui kadar keasaman PH air laut, ternyata ada penurunan PH dari kondisi normal antara 7 sampai 7,5 PH air turun menjadi 4. Penurunan kadar asam itu, disebabkan banyak faktor dan yang dominan karena faktor bakteri.


Didesak apa kesimpulan akhir dari penelitiannya itu, Sudaryatma enggan menjelaskan lebih jauh sebab bukan menjadi kewenangannya. "Saya sudah serahkan laporan hasil penelitian itu ke Dinas Perikanan dan Keluatan Kabupaten Badung, silakan konfirmasi langsung ke sana," sergahnya.

Dia menjelaskan, indikasi pencemaran akibat bakteri menguat karena setelah ada cuaca ekstrim itu maka terjadi peningkatan bakteri. Metabolisme bakteri itu bisa menyebabkan penurunan PH sehingga bisa mengancam mikroorganisme plankton.

Jika PH laut normal, maka plankton dapat berkembang hidup dengan baik, sebaliknya jika PH turun akan menyebabkan kematian massal kerana PH tidak cocok itu. "Banyaknya plankton yang mati lalu berkumpul di spot atau titik-titik sehingga menyebabkan air menjadi berubah keruh berwarna kecoklatan," katanya menjelaskan.

Plankton merupakan flora alami dan normal itu, sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan kehidupan di laut, sehingga ketika terjai kematian massal plankton, akhirnya menimbulkan pencemaran.

Jika melihat potensi terjadinya pencemaran di pantai yang disebabkan perubahan cuaca ekstrim seperti saat terjadi angin barat pada bulan Maret lalu, maka ancaman itu bisa saja datang sewaktu-waktu.

 "Kasus ini pertama kali saya temukan, hanya saja kapan akan terjadi lagi saya tidak tahu. Yang pasti bakteri itu akan muncul kalau terjadi perubahan cuaca ekstrim," jelasnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More