Jumat, 15 April 2011

Memfamiliarkan Ujian Nasional

"Saya takut menghadapi ujian nasional (UN). Saya takut nanti pas ngerjain soal jadi blank." Pernyataan jujur diungkapkan salah satu peserta UN 2011 asal SMA 1 Depok Sleman, Yogyakarta.

Bisa ditebak, 10 juta peserta UN tahun ini kurang lebih juga merasakan hal yang sama. UN menjadi sebuah momok.

Lalu apa yang salah dari UN? "Saya takut tidak lulus," tulisnya, yang diwawancarai okezone via BBM.

Kondisi ini diterjemahkan oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) sebagai teror psikologis. Bentuk teror tersebut di antaranya terlihat dari diberlakukannya lima tipe soal dalam UN tahun ini.

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) mengklaim, kelima tipe soal tersebut sudah memenuhi asas keadilan karena dibuat dengan tingak kesulitan yang setara.

Masalahnya, soal itu dinilai tidak adil. Bisa saja si A mendapat soal yang lebih mudah dibanding murid lainnya.

Ini tugas Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan perangkat kepemerintahan di daerah untuk membenahi semuanya. Juga menyudahi pamor yang mengerikan sehingga tidak timbul polemik yang berkepanjangan.

Yang perlu diingat adalah UN hanya proses akademik. Tak perlu lebay hingga mengerahkan Satpol PP atau Polisi untuk mengamankan soal-soal UN.

Pengamanan over reaktif tidak hanya membuat siswa ketar-ketir. Guru hingga kepala sekolah pun dibuat nerveous

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More