Senin, 09 November 2009

Tahun Corporate Entrepreneurs

AKHIR tahun ini hotel-hotel berbintang kembali ramai dipenuhi berbagai rapat kerja. Para eksekutif kembali sibuk mempersiapkan rencana-rencana bisnis pascapemilu.
Ada yang datang dengan konsep-konsep dan rencana yang sudah dirumuskan jauh-jauh hari, tak sedikit pula yang baru memulainya. Dari berbagai interaksi dengan para eksekutif puncak, saya menemukan tiga jenis rencana yang dibuat perusahaan dengan pendekatan yang berbeda-beda. Pertama, rencana "as usual" yang berisi program-program pengulangan dari apa yang telah dilakukan pada tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya.

Organisasi yang membuat rencana seperti ini jelas kehilangan pemimpin,terisolasi dari dunia luar,dan cenderung bersikap spending,bukan investing. Kedua, rencana ekstrapolatif. Ini adalah rencana yang dibuat manajer- manajer profesional yang cerdas, namun mereka membuat banyak justifikasi atas keputusan-keputusan yang mereka ambil.

Berbagai data, hasil riset, serta opini-opini dan tren bisnis yang diperoleh dari para ahli dan para trend setters ditampilkan untuk menunjukkan bahwa langkah yang mereka ambil tidak nyeleneh. Karena itulah wajar mereka hanya membuat eksploitasi linear dari bisnis yang sudah berjalan. Jadi kalau perekonomian diramalkan akan tumbuh 5 persen, mereka hanya berani tumbuh antara empat-enam persen saja. Tak ada perubahan apalagi revolusi.

Rencana Revolusi

Ini adalah bentuk rencana ketiga yang disodorkan oleh orangorang yang saya sebut sebagai pemimpin. Jelas mereka bukan manajer biasa, karena manajer profesional bekerja dengan sistem dan mempertahankan sistem yang sudah ada. Pemimpin bisnis melakukan perubahan mendasar, mengubah arah atau melompat pada kurva kedua yang lebih tinggi. Break the cycle.

Pemimpin bisnis seperti ini disebut juga intrapreneur, atau corporate entrepreneur. Mereka terdiri dan visioner yang berani dan seorang risk taker yang berhitung (calculated risk taker). Jadi ia bukanlah penjudi yang gegabah dan menuruti hawa nafsunya belaka,melainkan seseorang yang mampu melihat jauh ke depan, berhitung, namun gagah berani menghadapi semua kesulitan yang akan muncul.

Lo, bukankah entrepreneurs itu pemilik perusahaan? Benar, namun di era yang penuh dengan perubahan, sangat berbahaya memisahkan, apalagi mengisolasi, entrepreneur dengan employee (karyawan) atau manager. Bagi Indonesia yang pasarnya terbentang luas, potensi sumber dayanya sangat beragam dan besar - namun pasarnya sangat terbuka dan lingkungannya chaotic (unpredictable) - maka membiarkan perusahaan dipimpin oleh karyawan biasa, atau profesional manajer yang gemar memelihara tradisi,akan sangat berbahaya.

Menciptakan Pejuang Pembebasan

Mengapa berbahaya? Karena potensi yang sangat besar dan lingkungan yang chaotic ini tidak bisa dikelola secara biasa-biasa saja.Potensi yang besar akan selalu mengundang pemain-pemain baru, baik pendatang dengan usaha yang sejenis (direct competitor), maupun produk-produk alternatif sebagai pengganti keberadaan Anda (subtitusi).

Apalagi Indonesia saat ini dipandang sebagai pasar yang menarik di Asia setelah China dan India. Keikutsertaannya dalam forum G-20 telah menarik perhatian. Selanjutnya, lingkungan yang chaotic sangat rawan bila diserahkan kepada eksekutif-eksekutif yang menghendaki ketenangan. Mereka hanya memelihara tradisi untuk mengamankan posisi. Mereka juga berhitung, tetapi miskin keberanian, apalagi untuk memimpin "pemberontakan" meraih keberhasilan.

Dalam banyak hal, lingkungan yang chaotic membutuhkan pejuang-pejuang pembebasan yang mampu melakukan revolusi usaha. Pejuang-pejuang pembebasan ini melihat perusahaan atau institusi yang dipimpinnya telah disandera sekelompok elite yang sarat kepentingan pribadi dan berkacamata sempit.

Sue Birley dan Daniel Muzyka, peneliti kewirausahaan,menyebut pejuang pembebasan itu sebagai pemberontak-pemberontak kreatif. Dari tangan para pejuang pembebasan itu perusahaan menemukan masa depan baru yang tak terbayangkan sebelumnya. Itulah yang membawa pembuat chipsterkemuka, Intel, beralih dari microprocessorke memory chips dan menjadikan pembuat sepatu bot Nokia, beralih sebagai produsen ponsel yang fashionable.

Perusahaan-perusahaan, bahkan lembaga pemerintahan, jelas merupakan bentuk-bentuk rencana revolusioner yang dipikirkan pejuang-pejuang pembebasan. Pejuang-pejuang itu harus dibentuk, ditanam,dan disiapkan sejak mereka berusia muda. Mereka sudah diperkenalkan basic management, sampai risk management.

Kini saatnya menjadikan anakanak muda sebagai intrapreneur yang tajam mengendus peluang, action oriented, berwawasan kebebasan, dan berjiwa kreatif. Indonesia di tahun-tahun mendatang adalah Indonesia yang dikenal dengan perusahaan-perusahaan yang sehat, dengan motor entrepreneur-entrepreneur modern.

Inilah saatnya menutup cara-cara membuat rencana yang bersifat tradisional dan ekstrapolatif. Cobalah masuki alam berpikir baru dengan berpikir besar (think big), paradoksal, dan kreatif. Banyak keajaiban yang akan Anda lihat di akhir 2010. Selamat membuat rencana perubahan.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More